Dua puluh Empat

2K 154 25
                                    

Kang Mo Yeon mengetuk pintu ruangan Yoo Si Jin. Dia sebenarnya tidak terlalu yakin apa Yoo Si Jin sedang sibuk atau tidak. Dia hanya ingin mencobanya. 4 hari terlalui dengan sia-sia karena dia tidak bisa menemui Yoo Si Jin. Mereka bahkan belum berbicara apa pun kecuali saat dia bilang sedang sibuk kemarin.

Ruangannya kosong. Kang Mo Yeon masih tetap melangkahkan kakinya dengan mata yang terus mengawasi setiap sudut.

"Semua tidak jauh berbeda. Masih sama seperti dulu." Ucap Kang Mo Yeong mengingat dulu sering mengunjungi ruangan ini. Kang No Yeon merapikan beberapa lembar kertas yang berserakan di atas meja kerja Yoo Si Jin.

Sebuah Matte ring box berwarna hitam membuatnya terpaku. Tangannya perlahan meraih kotak hitam kecil itu. Sangat persis dengan kotak cincin yang dulu dibelinya bersama Yoo Si Jin. Tapi apa hanya mirip atau memang kotak cincin mereka?

'Lancang' sudah lagi tidak dipikirkan Kang Mo Yeon. Dia hanya ingin mengetahui kebenarannya. Sedikit berat awalnya namun bisa terbuka. Kang Mo Yeon tersenyum bahagia. Benar. Itu adalah cincin mereka. Matanya terpejam lega. Akhirnya apa yang dia pikirkan selama ini benar. Dia mengira ini mimpi. Setahu Kang Mo Yeon, cincin itu hilang. Tapi dia tidak tahu jika Yoo Si Jin berhasil menemukannya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Yoo Si Jin di depan pintu.

Reflek, Kang Mo Yeon memasukkan kotak cicin itu ke dalam sakunya. "Ah.. aku.. sedang mencarimu."

"Jika kau ingin membicarakan sesuatu kau bisa membicarakannya nanti. Aku sedang sibuk." Ucap Yoo Si Jin melangkah pergi.

Kang Mo Yeon membuntuti Yoo Si Jin. "Kau mau kemana?"

"Aku akan berpatroli." Yoo Si Jin tidak terlalu menghiraukan Kang Mo Yeon. Dia tetap berjalan menuju mobil yang akan dia kendarai. Setelah berhasil duduk di kursi kemudi, dia menatap ke samping.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Yoo Si Jin pada Kang Mo Yeon yang juga ikut masuk.

"Aku akan ikut." Kang Mo Yeon membuka kaca jendela. "Hah.. pasti sangat menyenangkan bisa berjalan-jalan sertelah sekian lama." Ucap Kang Mo Yeon dengan senangnya seolah tidak ada yang pernah terjadi antara dirinya dengan Yoo Si Jin. Kang Mo Yeon sedikit menguap. "Hoah. Aku lelah sekali seharian memeriksa mereka."

"Jika kau lelah, bukankah kau harusnya istirahat?"

"Aku juga bisa istirahat disini. Jalanlah. Aku akan tidur sebentar."

Tidak ingin berdebat. Melihat Kang Mo Yeon yang memejamkan matanya, dia segera melajukan mobil.

***

"Wil je dit? (Kau mau ini?)" Tanya Ayse pada Yoon Myeong Ju yang tengah memperhatika dua orang yang masuk ke dalam mobil yang sama.

"Ah ... nee. Eet het. (Ah... tidak. Makanlah.)" Jawab Yoon Myeong Ju yang melihat Ayse memakan es krim yang baru saja dia berikan. "Vind je het leuk? (Kau menyukainya?)"

Ayse mengangguk cepat. Matanya yang bulat menatap seorang anak yang sedang bercanda dengan ibunya. Mereka tampak bahagia. Anak kecil itu tertawa di dalam gendongan sang ibu. Ayse neniringkan kepalanya melihat ibu dan anak itu bahagia.

Kebahagiaan yang semula dilihat Yoon Myeong Ju di mata Ayse itu pun memudar. Membuatnya penasaran dengan apa yang sedang dilihat oleh Ayse. "Waar kijk je naar? (Apa yang sedang kau lihat?)" Seketika pula senyuman Yoon Myeong Ju juga pergi. Dia tahu sekarang, kenapa es krim yang ia belikan tidak berarti lagi bagi Ayse.

"Zal mijn moeder niet terugkomen? (Apa ibu ku tidak akan kembali?)" Tanya Ayse menahan air matanya jatuh.

Hati Yoon Myeong Ju sepertj tersayat mendengar ucapan lembut dari gadis kecil di depannya. Jelas terdengar ada ketakutan di alam suara Ayse. Dia yakin sedikit banyak, Ayse telah memahami apa yang terjadi pada ibunya. Dan Ayse masihlah terlalu kecil untuk menghadapi semuanya sendirian. Sebelumnya Yoon Myeong Ju masih sedikit tenang karena teman dari ibunya masih ada disini. Tapi, setelah kabar kematiannya beberapa waktu lalu membuatnya tidak sanggup membayangkan nasib Ayse ke depannya.

DOTS 2: Everytime Is You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang