Yoo Si Jin membuka sebuah album foto lama yang diambil dari kamar ayahnya. Senyum cerah itu masih terasa hangat. Sama sekali tidak memiliki beban. Ditutupnya halaman terakhir dan menelentangkan tubuhnya di ranjang kamar orang tuanya. Langit-langit kamar itu masih berwarna sama.
Bayangan masa kecilnya saat tidur bersama orang tuanya di kamar itu terputar di ingatannya seperti sebuah film. Yoo Si Jin kecil yang tertawa riang berada di tengah orang tuanya yang mencoba menggelitik tubuhnya. Dia miringkan wajahnya hingga menemukan kantong plastik yang dibawanya dari rumah sakit. Lumuran darah yang masih kering menempel di kemeja ayahnya membuat takut membayangkan bagaimana kecelakaan ayahnya.
Dia dudukkan tubuhnya dan menghampiri kantong plastik yang sebelumnya ditaruh di atas nakas. Sama sekali belum dibukanya. Perlahan tangannya membuka dan mengekuarkan jas dan kemeja ayahnya. Yoo Si Jin mencari sisa wangi ayahnya. Hanya bau darah kering yang tersisa. Kemeja biru itu adalah kemeja hadiah yang diberikan ibunya saat ulang tahun pernikahan. Sudah sangat lama, tapi selalu menjadi kemeja kesayangan ayahnya. Yoo Si Jin melihat dompet hitam. Dia ingat benar. Itu adalah dompet yang dulu diberikan pada ayahnya. Ada beberapa lembar uang, credit-card, dan juga tanda pengenal. Foto ayahnya di tanda pengenal itu masih terlihat gagah seperti yang ada dibayangannya selama ini. Rambutnya yang hitam membuatnya terlihat tidak begitu tua. Juga, foto keluarga mereka.
Yoo Si Jin tersenyum melihat foto keluarga mereka. Dikeluarkannya dari dalam dompet. Namun, sebuah kertas terjatuh. Sepertinya ayahnya menyimpannya dibalik fotk keluarga. Sebuah foto.
"Myeong Ju?"
Dia perhatikan foto yang baru saja dipungut dari lantai. Tergambar jelas potret ayahnya duduk bersanding dengan Yoon Myeong Ju lengkap dengan seragam mereka. Senyum cerah sama-sama ditunjukkan keduanya. Mereka tampak makan bersama di halaman belakang rumahnya di Seoul. Beberapa hidangan dan handy camp milik ayahnya ikut terabadikan dalam moment itu. Dibaliknya foto itu, sebuah tulisan tangan milik ayahnya.
"Seoul, 25 Mei 2015."
Itu adalah ulang tahun ayahnya. Dia ingat saat itu dia sedang menjalankan misi di perbatasan Afrika.
"Kalian sedekat itu?"
Yoo Si Jin tidak menyangka bahwa ayahnya sampai menyimpan fotonya bersama Yoon Myeong Ju di dompet. Dibalik foto keluarganya.
***
Hari ini Yoon Myeong Ju bertekad harus bisa menemui Kang Mo Yeon. Dia tidak bisa membiarkan Yoo Si Jin mengalami kesulitan seorang diri. Menemuinya saat pagi sebelum dia bekerja mungkin akan lebih mudah pikirnya.Pagi sekali, Yoon Myeong Ju sudah meunggu kedatangan Kang Mo Yeon. Dia berdiri menyandarkan tubuhnya di dekat ruangan Kang Mo Yeon. Dia pasti akan lebih mudah menemuinya.
Benar saja. Kang Mo Yeon tengah berdiri mematung melihat Yoon Myeong Ju berdiri di depan ruangannya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Kang Mo Yeon dingin.
"Kenapa kau tidak bisa dihubungi?" Tanya Yoon Myeong Ju sedikit emosi.
"Aku sedang sibuk." Kang Mo Yeon berjalan berbalik arah.
"Kau tidak membiarkanku bicara?" Myeong Ju terus mengikuti langkah cepat dokter Kang. "Ini soal sunbae."
Kebetulan sekali, yang dibicarakan sedang membuat panggilan pada ponsel Myeong Ju. Jelas tertera nama Yoo Si Jin.
"Benarkah?" Kang Mo Yeon tidak peduli nama itu disebut. "Kalau begitu kau bisa menungguku jika mau. Atau bisa kembali lain waktu." Kang Mo Yeon cuek sambil memeriksa hasil pemeriksaan pasien yang diberikan perawat.
'Apa dia sedang bertengkar dengan Yoo Si jin?'
Ini bukanlah saat yang tepat untuk bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOTS 2: Everytime Is You (End)
FanfictionKisah ini hanyalah fanfiction dari k-drama dengan judul sama " Descendants of The Sun" Sebagian dialog dan adegan akan diambil dari versi drama asli, maupun terinspirasi dari drama lain seperti Blood, While You Were Sleeping, Bubblegum, The King 2 H...