Lima Puluh Dua

1.4K 126 41
                                    

Yoo Young Geun tengah bersiap untuk pergi menuju kampung halamannya di Daegu. Sesekali mengabsen barang bawaannya yang terhitung cukup sedikit jika dikatakan untuk pergi keluar kota dengan kurun waktu 2-3 hari. Dia memang bukan tipe orang yang ingin merumitkan keadaan. Cukup seadanya sudah cukup. Seperti saat ini yang hanya satu tas jinjing kecil. Setelah di rasa cukup, dia mengambil kunci mobil yang tengah tergeletak di atas meja dan memutuskan untuk berangkat sebelum hari bertambah siang. Rencana awal dia perkirakan akan sampai Daegu pukul 3 sore dan akan langsung mengunjungi makam istrinya. Dia sangat merindukan istrinya.

"Myeong Ju?" Yoo Young Geun memanggil wanita berkemeja hitam dengan kedua lengan yang di lipat hingga 5cm di bawah siku.

"Paman sudah siap?" Yoon Myeong Ju melepas kaca mata hitamnya.

Yoo Young Geun tertawa kecil tidak menyangka. "Kau jadi ikut?"

"Tentu saja. Aku sudah merindukan bibi. Maaf mengganggu waktu kalian berdua." Senyumnya sambil mengambil tas ayah Yoo Si Jin.

"Tentu tidak. Paman senang kau menemani paman."

"Berikan kuncinya. Aku yang akan mengemudi." Belum disetujui, Myeong Ju sudah menarik kunci mobil dari tangan Yoo Young Geun.

"Biar aku saja. Kau menemaniku sudah membuatku senang. Aku tidak akan membiarkanmu kelelahan."

"Tapi inilah yang membuatku senang, paman." Yoon Myeong Ju mengangkat kunci sampai di samping kepalanya dan menggerak-gerakan. Senyumnya di barengi dengan tawa keras ayah Yoo Si Jin.

"Sekarang paman masuk dan duduk tenang. Aku akan membawa paman kemanapun paman mau."

"Baik."

Masih dengan senyuman yang belum memudar, Myeong Ju melajukan mobil hitam milik pamannya dengan kecepatan sedang. Prioritasnya adalah kenyamanan orang yang duduk di kursi penumpang dan membawanya selamat sampai tujuan.

"Saat ayahmu menelpon kemarin, paman kira dia tidak serius."

"Tapi aku selalu serius pada paman." Senyumnya.

"Ayahmu belum kembali dari luar kota?" Tanya Yoo Young Geun mengambil topik ringan.

"Mungkin lusa. Ayah bilang masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan."

"Dia memang begitu. Selalu bekerja keras dan ingin semuanya sempurna." Pujinya pada ayah Yoon Myeong Ju.

"Aku terkadang iri dengan persahabatan kalian." Jujur Myeong Ju.

"Benarkah?" Yoo Young Geun tertawa.

Yoon Myeong Ju mengangguk membenarkan.

"Kami sangat dekat sejak masih di akademi. Walaupun dia lebih muda, tapi dia sangat keras kepala." Ceritamya mengenang masa lalu. "Bahkan ibumu sering mengeluh dulu karena ayahmu keras kepala."

Yoon Myeong Ju tertawa. "Paman benar."

"Walaupun dia orang yang keras kepala dan berwatak keras, tapi dia sebenarnya orang lembut dan penyayang. Aku beruntung memiliki sahabat seperti ayahmu."

"Aku rasa jika ayah disini, pasti dia juga tidak akan berhenti-berhenti memuji paman."

Senyum dan tawa tidak surut di antara perbincangan Yoon Myeong Ju dan Yoo Young Geun. Suasana ceria dan akrab menyelimuti mereka. Memang selalu begitu. Topik ringan hingga berat bisa dengan mudah mereka perbincangkan dengan sangat akrab. Mungkin orang yang melihat mereka akan melihat hubungan antara ayah dan putri yang sangat dekat yang bisa membuat iri orang yang melihat.

Yoo Young Geun melihat jam tangannya, pukul 3 lebih 57 menit. Sedikit mundur dari yang diperkirakan. Tapi tidak masalah. Melihat bagaimana kemacetan yang mereka lewati tadi, masih beruntung hanya mundur masih dalam hitungan menit saja. Tadinya dia berpikir mungkin bisa samapai pukul 6 mengingat bagaimana keparahannya. Tapi untunglah Yoon Myeong Ju mengambil jalan pintas dan bisa sampai cepat.

DOTS 2: Everytime Is You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang