Tiga puluh Tujuh

1.6K 151 33
                                    

Peluh mengalir di wajah Yoon Myeong Ju. Keringat itu keluar entah karena lelah atau karena tubuhnya yang hampir tak kuat menahan rasa sakit pada lengan kirinya yang tertembak. Dia yakin lukanya telah lebih dalam karena tekanan yang dibuat tangan Argus. Kelopak mata yang setengah terbukatak begitu ia pedulikan karena pandangannya yang sudah mulai kabur. Sesekali Yoon Myeong Ju memejamkan matanya berusaha memfokuskan pandangan. Dia ingin mengistirahatkan kedua matanya meskipun pada kenyataannya, kakinya masih tetap berjalan menuruti tarikan kedua anak buah Argus yang memegangi kedua lengannya, memaksa. Langkahnya tak bisa tegak,sedikit terseok namun dia masih sanggup. Yoon Myeong Ju diam. Tidak berbicara. Tenaganya harus ia hemat untuk pertahanan diri. Lorong gelap dan sempit dengan lajur pipa-pipa besar di sisi kanan dan kiri membuatnya mengerti mereka akan menjadikannya tawanan yang tidak akan mudah untuk meloloskan diri.

Brukk

Tubuhnya terdorong kasar di lantai saat kedua anak buah Argus berhasil membuka sebuah pintu. Bibirnya meringis merasakan sakit. Tapi dia bukanlah orang yang lemah. Dia tidak akan kalah dengan cara serendah ini. Dari awal dia sudah bertekad bahwa ini adalah peperangan yang hanya menyisakan 2 kata. MENANG ATAU MATI. Dan salah satu dari kami. Yoon Myeong Ju dan Argus, belum ada yang mati. Itu berarti peperangan ini masih belum berakhir. Yoon Myeong Ju menoleh tajam mengikuti arah laki-laki yang baru saja memasuki ruang penyekapan. Argus.

"SEMUA INI BELUM BERAKHIR!!"

Argus berjongkok dekat Yoon Myeong Ju. "Tidak akan berakhir semudah itu, sayang." Argus berdiri dan menyandarkan tubuhnya pada dinding sambil memainkan kukunya. "Aku akan melepaskanmu. Benar-benar melepaskanmu." Tangannya berhenti dan menatao Yoon Myeong Ju. "Setelah kau membantuku mendapatkan Koh-I-Noor kembali."

Cuihh

Yoon Myeong Ju dengan berani meludah mendengar kalimat Argus. "Itu tidak akan terjadi."

"Apa aku memberimu pilihan?" tawa Argus. "Tidak. Kau akan melakukan apa yang aku perintahkan."

"Lebih baik aku mati dari pada melakukan perintahmu."

"Apakah kau selalu sekejam ini? lebih baik turunkan egomu! Aku sempat berencana untuk memberikan pelayanan VIP dengan mendatangkan dokter bedah terbaik di kota ini untuk mengeluarkan peluru dilenganmu. Tapi kau terlalu angkuh. Ku rasa kau tidak perlu dokter. Benarkan?" bibir Argus membentuk lengkungan sinis.

"Mr. KIng sudah menunggu."

"Kau beruntung hari ini." ucap Argus pada Yoon Myeong Ju sebelum meninggalkan ruang penyekapan. Berganti dengan salah satu anak buah yang tadi berhasil menembaknya di mercusuar. Tanpa sepatah kata, laki-laki berkaos hitam itu membawakan pakaian ganti dan wadah berisi peralatan bedah sederhana lengkap dengan perban dan bius.

Yoon Myeong Ju tersenyum sinis. Tidak ada pilihan lain pikirnya. Hatinya bersumpah untuk membalas apa yang dilakukan Argus. Dia akan ingat dengan apa yang pimpinan gengster itu lakukan padanya. Tangannya meraih wadah yang tidak begitu jauh dari tubuhnya. Matanya mengamati peralatan bedah dengan bantuan sinar lampu redup di dalam ruangan yang pengap dengan ventilasi kecil berukuran 35 cm × 20 cm. Sangat kecil.

Kelopak matanya yang tidak mampu terbuka lebar, ia tatapkan pada ventilasi di depannya dia mengamatinya dalam.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DOTS 2: Everytime Is You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang