Empat puluh Tiga

2.2K 157 70
                                    

Tangannya bergetar. Permukaan air yang berada di dalam gelas di tangannyapun ikut bergerak tak tenang. Di sudut ruang yang gelap dengan cahaya yang menerobos masuk melewati celah jendela, sedikit menyapa kakinya yang meringkuk berusaha menenggelamkan tubuhnya pada kegelapan. Sesegukan, air matanya mulai meleleh. Pria tua yang baru saja selesai dioperasinya, mengingatkannya pada Letnan Jenderal Yoon Gil Joon. Ayahnya.

Alasannya bisa sampai di sini adalah karena ketidak terimaannya pada kematian ayahnya. Seseorang yang tidak bersalah sama sekali mendapat  ketidak adilan. Yoon Myeong Ju tidak terima itu. Dia tidak akan berandai lagi. Semakin ia berandai semakin ia menyesal dan putus asa.

Matanya mengamati gelas di depannya. Sedikit guncangan kecil air di dalamnya sudah bergerak tak beraturan. Bibirnya yang semula hanya merekat diam dia paksa sudut kirinya ditarik ke atas membentuk senyum sinis. Disusul dengan meluruskan pandangannya ke depan, Yoon Myeong Ju berpikir untuk mengguncang apa yang di depannya saat ini.

***

"Kau mencoba bermain-main denganku?"

"Kau kira ini sebuah ajakan?" Cha Jin Soo membalas tatapan tajam John Mayer-King.

"Mungkin kau sudah lupa. Tapi dengan kemurahan hatiku aku bisa mengingatkanmu kembali. Jika kau mendekatkan tanganmu pada api, kau bisa terbakar."

"Aku tidak pernah takut pada api."

"Aku rasa juga begitu. Mungkin saja ketakutanmu itu muncul jika sudah menjadi abu dan.. fuhh." King meniup telapak tangannya. "Aku tidak mau tahu, beri aku jalan di Pyongyang dan aku akan mematikan apinya."

Cha Jin Soo tertawa. "Tidak ada api yang bisa membakarku. Menurutmu aku takut mati? Kau telah salah mengira."

"Salah mengira atau tidak, itu kau sendiri yang menentukan."

"Kau yang berjalan merangkak kemari, maka tetap diam dan ikuti jalan yang ku berikan."

"Haha" tawa King menggema di ruangan itu. Sebuah tawa yang tak menyangka jika kucing liar yang dirawatnya selama ini akan menggigitnya. "Kau sungguh lucu. Merangkak?!"

"Kau menyukainya?" Cha Jin Soo tersenyum sinis.

"Aku menyukainya. Siapa yang merangkak, hanya akhir yang bisa menentukan."

"Dan ini belum berakhir. Ada satu hal lagi yang harus di lakukan perempuan itu." Cha Jin Soo tersenyum dengan alis terangkat. "Tunggulah apakah kau layak mendapatkan jalan di Pyongyang atau TIDAK!" tangan Cha Jin Soo menepuk pundak King dua kali sebelum berbalik.

Mata King memerah menahan amarah melihat kepergian Cha Jin Soo dengan kesombongannya. "Beraninya dia menyentuhku!" Tangan King mengkibas-kibaskan pundaknya menghilangkan jejak tangan Cha Jin Soo yang menyentuh pundaknya.

Api tak pernah takut pada Api. Mungkin itulah istilah yang pantas untuk mereka berdua. Semakin mereka bergabung, semakin besar dan sulit dipadamkan. Tapi semakin terpecah mereka semakin terlihat seperti sebuah batang korek api. Dengan sekali tiup, api itu akan menghilang. Atau cukup di diamkan api itu akan menghilang dengan sendirinya. Entah karena angin atau tak ada lagi sisa yang dapat dibakar.

Tapi tidak dengan Yoon Myeong Ju. Dia sudah bertekad untuk tidak akan mendiamkan begitu saja api di depannya. Terlebih menunggu hingga angin muncul. Dia tidak ingin berperan sebagai air saat ini. Yang dia mau adalah dia ikut menjadi api dan membakar tempat ini. Ya, begitulah sekiranya dia lebih menyukai membakar daripada terhanyut.

"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Yoon Myeong Ju yang akhirnya mengeluarkan suara yang sempat ia urungkan beberapa saat lalu saat melihat beberapa tahanan di Camp Pusat Rahasia.

DOTS 2: Everytime Is You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang