Di sebuah reruntuhan kastil tua dimana sinar matahari pun tidak ingin menyinarinya, duduklah seseorang berpakaian hitam dengan hem merah menyala.
Tubuh kurusnya duduk santai di singgasana besar yang berada di satu sisi ruangan. Jemari nya yang mengetuk-ngetuk lengan singgasananya dengan tidak tenang.
Byun Baekhyun, the dark lord sedang menunggu para minionnya kembali. The dark lord bukanlah orang yang sabar. ia membenci keterlambatan, dan kata menunggu tidak ada di kamusnya.
Dengan kesal ia berteriak memanggil seorang wanita tua bungkuk berhidung besar yang ditumbuhi kutil, berambut jabrik dengan dagu mencuat ke hadapannya.
Dengan tergopoh-gopoh, si nenek sihir itu menghampiri tuannya dengan takut.
"Kemana mereka?" desisnya penuh amarah.
"Me..mereka sedang dalam pe..perjalanan tuanku...," lirih si nenek sihir takut.
Byun Baekhyun mengambil sebuah mangkuk tembaga yang berada di meja kecil di sebelah singgasananya dan melemparnya dengan kasar ke wajah si nenek sihir.
Dengan wajah pasrah, si nenek sihir hanya bisa menerima lemparan tuannya, karena jika ia berani menghindar, hukumannya pasti akan lebih berat dari ini.
Untung bagi si nenek sihir itu, karena detik itu juga, pintu aula gelap itu terbuka lebar, menampilkan ketujuh demon bewajah rupawan dengan tubuh bagai dewa melangkah masuk dengan tergesa-gesa.
"Maafkan kami tuanku, kami terlambat," kata salah satu dari mereka ketika ketujuhnya sudah berlutut dan menunduk hormat.
"Tidak usah basa-basi! cepat katakan apa yang kalian dapatkan," geram the dark lord marah.
"Belum ada tanda-tanda ketiga makhluk itu kembali ke Lux. Tapi salah satu saudara tirinya telah menginjakkan kakinya kembali ke Lux.
Kami masih belum tahu dimana mereka bersembunyi, perkiraan kami adalah di Mediocris Silva," lirih salah satu demon yang sepertinya pemimpinnya.
"Aku butuh yang pasti bukan perkiraan," bentak the dark lord.
"Tapi tuan, tidak ada yang tahu dimana Medocris Silva berada," lirih si demon itu lagi, berusaha membela diri.
"Dan menurutmu aku peduli!!!" amuk the dark lord semakin marah.
"Maaf...maafkan kami, kami akan mencari informasi lebih banyak lagi," jawab demon itu lagi sambil undur diri bersama kedelapan demon lainnya tanpa sedikitpun berani mengangkat wajahnya.
"Sungguh tidak berguna!" desisnya sambil meninggalkan singgasananya menuju ke sebuah kamar besar yang diterangi cahaya keemasan.
Kamar itu adalah satu-satunya tempat yang diterangi cahaya, bukan, bukan karena cahaya matahari, tetapi karena seorang wanita yang tertidur damai di tempat tidur besar berwarna merah marun itulah yang memancarkan cahaya emasnya.
The dark lord, berjalan pelan, mendekati wanita yang sedang tertidur itu, mengambil tangannya dan mengelusnya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] LUXNOX
Fantasythe world is crumbling after their goddess falling in love with lord of darkness. And now, only the third generation who can stop the chaos. a story about adventure, journey and friendship - might or might not have a little bit romance ⚠ warning ⚠ T...