02 : Menatapmu

3K 182 0
                                    

Revisi
••••••••••

AKU menatap jam dinding yang berada di dalam kelas beberapa kali. Ini aku yang kepagian? Atau teman-temanku yang kesiangan?

"Alesha? Tugas fisika udah?" Tanya Syifa membuat aku menoleh

"Udah. Kenapa?" Timpalku

"Yang no. 2 itu rumusnya yang ada di buku paket halaman 241 kan?" Tanyanya membuat aku berfikir keras untuk mengingat di bagian mana aku melihat rumusnya

"Iya," jawabku saat setelah berhasil mengingatnya

"Lah bener, tapi kok aku nggak ketemu jawabannya ya?" Tanyanya sedikit menggaruk bagian kepalanya yang tertutupi khimar.

"Coba cek lagi, pasti ada yang salah jumlah atau apa," balasku membuat ia kembali berkutat dengan kertas dan bolpoin di tangannya.

"Lah iya, sejak kapan 9×8 jadi 64?" Tanyanya sendiri sambil terkekeh.

"Sejak mikirin doi sama gebetan barunya." timpal Ibnu membuat aku terkekeh.

"Sha? Pinjem buku tugas dong?" Pinta Ibnu sambil menatapku.

Aku memutarkan bola mataku malas. Kayaknya contek-mencotek sudah menjadi aktivitas lumrah bagi setiap siswa. Apalagi mengerjakan PR di sekolah.

"Nih! Kamu jangan asal salin-salin aja. Pahami, nanti kamu sendiri yang rugi," ucapku sambil menyodorkan buku tugas fisika kepadanya.

Ibnu hendak mengambil buku itu, namun ada yang tiba-tiba mendahuluinya.

"Salsa?" Tanya Ibnu sambil menatap tajam ke arahnya.

"Ngapa? Sana! Aku dulu yang nyonteknya." balas Salsa membuat aku menepuk kepalaku jengah.

"Udah sana Nu, kita mau salin PRnya dulu. Nanti Bu Werni masuk gimana?" Timpal Humaira.

"Tapikan itu gue yang duluan minjem sama Alesha," bela Ibnu.

"Mau yang kanan atau yang kiri?" Tanya Salsa sambil berpura-pura bersiap untuk karate.

"Dasar! Cewek selalu benar!" Ketus Ibnu sambil berjalan mencari contekan baru.

Aku menggeleng melihat kedua sahabatku yang sedang menyalin hasil tugasku itu. Mereka jelmaan atau siluman si? Kok bisa-bisanya aku sahabatan sama mereka.

"Alhamdulillah! Setelah perjuangan panjang," ucap Humaira saat setelah berkutat dengan tugas di bukuku yang hampir 5 lembar itu.

"Perjuangan? Bukannya cuma nyalin ya Ra?" Tanyaku.

"Kan nulisnya juga harus penuh perjuangan Sha," timpalnya.

"Lain kali kerjain dulu sebisanya ya? Nanti kalo kalian nggak ngerti sama jawaban di tugas aku gimana?" Tanyaku mengambil buku tugasku yang berada di atas meja Salsa.

"Sha, sedekah. Seenggaknya kamu kasih kita contekan, dari pada aku minta uang ke kamu," timpal Salsa membuat aku dan Humaira terkekeh.

Lalu mata kami beralih nenatap Innaya dan Ainun yang baru saja memasuki kelas selang beberapa menit setelah bel.

Humaira memutarkan bola matanya malas, seakan sudah bosan melihat pemandangan ini setiap hari.

Ketetapan Cinta Dari-Nya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang