38 : Jangan pergi

1.5K 123 14
                                    

Revisi
••••••••••••

LANGKAHKu terhenti, aku merasakan desakan di ujung pelupuk mataku. Dengan ragu, aku menoleh. Menatap dua sejoli yang tengah menatapku dengan pandangan yang sulit untukku artikan.

"Saya tidak pernah menyangka kamu akan bertindak serendahan ini Sha... "

Deg!

Kata-katanya begitu menusuk relung hatiku. Apa maksudnya? Aku datang untuk melihat keadaan mantan kekasihnya itu, tapi malah di tuduh dengan hal, yang bahkan untuk dibayangkan saja terasa menjijikan. Apa ia tidak berkaca dengan apa yang sedang ia lakukan?

"Saya tahu dia cinta pertama kamu, tapi saya itu suami kamu Sha!" Ia menekankan setiap kata yang ia lontarkan. Aku menatapnya dengan pandangan berkaca.

"Saya nggak percaya kamu bisa seperti ini, atau jangan-jangan dari dulu kamu selalu bermain belakang dengan dia Sha?!" Air di pelupuk mataku mulai keluar, tersenyum miris sambil menatap tak percaya ke arahnya.

"Jaga ucapan lo!" Aldi bersuara sambil menatap tajam kak Zulfan.

"Kamu yang harusnya jaga sikap! Dia istri saya, dan kamu Sha? Saya pikir kamu perempuan baik-baik yang hanya mencintai satu laki-laki,-"

"-ternyata," ia terkekeh hambar, "saya salah menilai kamu." Hatiku teriris saat ia melontarkan kata yang sangat menyakitkan. Dia pikir aku perempuan macam apa?

"Gue tahu lo suaminya! Tapi lo nggak usah bentak-bentak dia di depan umum dong!" Rahang Aldi mengeras sempurna, sangat terlihat jika ia sedang benar-benar marah kali ini.

"Kamu jangan ikut campur!" Kak Zulfan mengatakannya dengan nada yang sangat dingin.

"Zulfan," aku melihat tangan Teh Laras yang memegang lengan kak Zulfan yang tertutupi kemejanya. Aku memalingkan wajah saat kak Zulfan mulai tenang karena panggilan Teh Laras.

"Kamu nggak papa?" Aku menoleh ke arah Aldi yang menatapku khawatir.

Play musik ~ Jangan rubah takdiku
_

________________________________

"Saya salah telah memilih kamu Sha," Aku menatap kak Zulfan tak percaya, percayalah ini pertama kalinya dia memarahiku sambil mengatakan hal menyakitkan.

"Kenapa diam?! Tidak ada pembelaan?!" Aku menarik nafas dalam, agar suara serak akibat menangisku tak terlalu ia dingar.

"Aku datang untuk melihat keadaan kekasih Kakak, dan ternyata... janji yang Kakak ucapkan untuk tidak menemuinya tanpa aku, itu dusta!" Kak Zulfan mulai meredupkan pandangannya, sepertinya ia sadar dengan apa yang telah ia lakukan.

Aku menarik nafas pelan sebelum berkata, "Apakah janji hanya diciptakan untuk di ingkari Kak? Apakah janji hanya dijadikan untuk bualan kedustaan?"

"Sha, jangan bersikap kekanakan! Kamu seharusnya mengerti posisi saya!"

"Lalu kenapa Kakak mau menikahi perempuan kekanakan seperti aku?!" teriakku, kali ini aku kehilangan kontrol di depan umum.

"Aku ngerti! Aku ngerti jika Kakak ingin kembali dengan wanita ini! Aku tahu, aku paham Kak!" kali ini ucapan itu berbarengan dengan isakan kecil dari bibirku.

"Bukannya di sini kita bisa melihat ya Kak?" Aku berusaha mati-matian agar bersikap normal.

"Aku lebih bahagia bersama Aldi, dan Kakak juga lebih bahagia bersama Teh Laras," aku langsung memalingkan wajah saat ucapanku sendiri membuat hatiku teriris.

Ketetapan Cinta Dari-Nya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang