Revisi
••••••••••••Bismillah
Sebelumnya aku mengucapkan terimakasih banyak, untuk semua orang yang mau baca cerita pertamaku.
Jazakallah semuanya♥
Aku nggak pernah ngebayangin bakal ada yang baca, kalian mensupport aku dengan antusias banget, dan itu sangat berarti untuk penulis pemula seperti aku.
Setiap vote dan komenan kalian itu sangat berarti untuk aku.Jazakallah yaa
Sayang kalian♥_______________________
LANGKAHKU terhenti saat Kak Zulfan menarik tubuhku kedalam dekapannya. Bahkan kali ini posisiku tinggal dua langkah menuju kereta. Aku membisu, tak tahu harus bereaksi seperti apa, karena getaran itu masih sama rasanya.
"Kamu masih bisa mendengarnya kan Sha?" ia mempererat pelukan itu, membawaku untuk menenggelamkan wajah pada dada bidangnya.
"Debarannya masih sama, rasa cinta saya selalu sama. Bahkan selalu berkembang setiap detiknya."
Tutt!!! Tutt!
Aku melepas paksa pelukannya. Menatap kereta yang telah berjalan menjauhiku. "Pak tunggu!" teriakku hendak berlari, namun lagi-lagi Kak Zulfan mencegahnya dengan menggenggam tanganku, kali ini genggamannya terasa begitu erat.
"Cepat Bu, keretanya sudah mau jalan." ucap penjaga kereta membuat aku mencoba melepas paksa cekalannya.
"Dia tidak akan pergi Pak," seru Kak Zulfan. Detik selanjutnya kereta itu sudah benar-benar meninggalkanku.
Aku menghempaskan tangannya kasar, "Mau Kakak apa?!" tanyaku tak habis pikir. Jika ia sudah bersama Teh Laras, kenapa ia mau juga bersamaku?
"Saya hanya ingin kamu tetap disini, bersama saya Sha," ucapnya terdengar begitu lirih di telingaku.
"Tapi aku ingin bahagia!" teriakku.
Ia mengacak rambutnya prustasi, menatapku lalu berkata, "Saya mencoba mengingat semuanya, karena saya merasa separuh nafas saya pergi, saat kamu memutuskan untuk meninggalkan saya Sha,"
"Saya berharap bahwa kamu masih mau bersama saya, dan mau kembali berjalan beriringan untuk mencapai ridha Allah. Saya pikir kamu mau... saya pikir kamu mau berjuang bersama lagi dengan saya. Saya pikir kamu akan kembali lagi dan menjadi tempat pulang sesungguhnya untuk saya." lirihnya tanpa menatapku.
"Saya pikir kamu masih mau memberikan kesempatan kedua. Saya pikir kamu masih mencintai saya Sha. Saya tidak pernah mencintai sebesar ini. Saya tidak pernah merasakan setakut ini untuk kehilangan manusia Sha, dan kamu tahu tentang itu." aku menatapnya, menatap mata merah yang tidak sama sekali melirik ke arahku.
"Kamu benar, saya tidak boleh egois, hanya untuk memikirkan kebahagian saya. Kamu benar, kamu berhak bahagia tanpa saya. Maafkan saya Sha," lirihnya lalu membalikan tubuh, dan mulai berjalan menjauh dari pandanganku.
Aku mematung, menatap punggungnya yang semakin memburam di dalam pandanganku. Aku labil, aku berpura-pura tidak ingin kembali padahal aku masih membutuhkan Kak Zulfan. Padahal, bahagiaku ada saat Kak Zulfan hadir. Dan saat Kak Zulfan benar-benar mengikhlaskanku untuk mencari kebahagiaanku sendiri, aku malah tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketetapan Cinta Dari-Nya [END]
Teen FictionBagaimana jika melihat cinta pertama pergi tanpa mengucapkan sebuah salam perpisahan? Menciptakan luka dan duka bersamaan. Sampai di hadirkan dengan seseorang yang mampu kembali membuat kamu percaya adanya cinta. Namun, saat benar-benar di...