33 : Tak di harapkan

1.4K 125 7
                                    

Revisi
••••••••••••

SETELAH shalat Subuh, aku langsung pergi ke gazebo belakang rumah, untuk menyiram beberapa bunga yang waktu itu ibu tanam. Di sini, aku memang meminta kak Zulfan untuk tidak mempekerjakan ART. Karena jika aku sendiri mampu, kenapa harus ada orang lain?

Aku merasakan lengan seseorang melingkar di perutku. Aku tersentak sampai hampir menyalangkan selang padanya. "Lepas." ucapku sambil mencoba melepas tangannya yang melingkar di perutku.

"Sha?" panggil kak Zulfan sambil mempererat pelukannya. 'Jangan merasa istimewa, karena kamu bukan yang pertama'. Chat dari Teh Laras begitu membekas dalam ingatanku.

"Lepas kak." setelah pesan yang di kirimkan oleh Teh Laras, aku sudah sedikit menjauh dari Kak Zulfan, tak ingin kecewa jika seandainya mereka akan kembali bersama.

"Sha? Semalam saya telah mengatakan bahwa saya hanya mencintai kamu kan?" aku menatapnya sambil meletakan selang yang tadi aku pegang.

Ia menegakkan tubuhnya, masih berdiri di sampingku dan menatapku dengan begitu teduh. "Hati dan perasaan bisa berubah seiring waktu kak," timpalku lirih.

"Kenapa kamu merasa tidak percaya dengan perasaan saya?"

"Karena aku bukan yang pertama,... Karena hadirku tidak pernah di harapkan." air mata itu mulai kembali keluar, aku tidak bisa percaya jika Kak Zulfan sudah tak cinta.

"Yang pertama bukan berarti menjadi pelabuhan terakhir Sha, jika saya masih mencintai Syntia, saya tidak mungkin berada di sini dengan kamu,"

"Tapi Kakak pernah mengatakan bahwa... meninggalkannya adalah sebuah kesalahankan?" balasku dengan nafas tercekat.

"Sha? Kamu percayakan? Bagaimana pun keadaannya saya akan selalu bersama kamu," ucap kak Zulfan membuatku sedikit tenang, meski rasa takut untuk di tinggalkan itu lebih besar.

"J ... jika aku yang meminta Kak Zulfan yang meninggalkan?" Tanyaku tiba-tiba membuat kak Zulfan menatapku dingin.

"Saya rasa, tidak perlu ada pertanyaan itu, yang harus kamu lontarkan," aku menatap Kak Zulfan yang masih setia menatapku.

Ia berjalan mendekat mengikis jarak di antara kami. Satu tangannya mengenggam tanganku, sedangkan tangan satunya menyentuh permukaan perutku.

"Di sini... akan ada nyawa yang hidup, memberikan kita kesempatan untuk merasa indahnya sebuah penantian. Buah cinta kita, yang akan membuat kamu percaya bahwa saya hanya mencintai kamu, selamanya." air mataku luruh mendengar ucapannya, beralih menatap tangan Kak Zulfan yang masih setia berada di atas permukaan perutku.

"Bagaimana saya bisa meninggalkan perempuan yang mampu membuat saya selalu bahagia di dekatnya Sha? Itu sama saja, saya sedang merencanakan rasa sakit."

"Tapi... Teh Laras mencintai Kakak, rasanya tidak adil jika aku bahagia di atas lukanya."

"Kak, aku tahu bagaimana Teh Laras saat memutuskan pernikahan kalian, aku tahu bagaimana Teh Laras mati-matian menjaga hatinya untuk Kakak. Bagaimana mungkin aku merebut kebahagiannya?"

"Kamu memikirkan kebahagian dia, tanpa ingin memikirkan kebahagian kamu. Itu tidak adil untuk kamu Sha."

"Saat dia memutuskan untuk meninggalkan saya, dia harus tahu konsekuensinya, jika saya bisa jatuh cinta lagi ke perempuan lain."

Ketetapan Cinta Dari-Nya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang