Revisi
••••••••••••AKU menatap Aldi dengan raut wajah tak percaya. Ceraikan Kak Zulfan? Atas dasar apa?
Aku tersentak saat mendengar suara menggelegar dari atas langit. Kembali menatapnya yang turun dengan semakin deras.
Bugh!
"Aldi!" teriakku saat seseorang memukulnya secara tiba-tiba.
"Ikut saya!" aku tersentak saat seseorang menggenggam tanganku. Membiarkan tanganku menghangat akibat genggamannya.
"Aldi! Kak Andra, cukup!" teriakku saat melihat Aldi yang sudah terkapar tak berdaya.
"Jangan pernah meminta Alesha untuk melakukan hal yang salah. Zulfan lebih bisa membahagiakan Alesha dari lo!" teriak Kak Andra sambil mendorong tubuh Aldi.
Aku terisak melihatnya. Bagaimana pun, Aldi masih menjadi bagian terpenting di dalam hatiku. Iya, dengan bodohnya aku masih mencintai laki-laki itu.
"Bawa Alesha pergi Fan. Selesaikan masalah kalian," ucap Kak Andra membuat Kak Zulfan menyeretku secara paksa. Sedangkan Humaira masih berada di sana karena takut Kak Andra kembali menyerang Aldi.
Aku mencoba memberontak beberapa kali, tidak ingin kembali di pisahkan dengan Aldi. Aku terus terisak sambil terus mencoba memberontak dari cekalan tangannya.
"Aldi!" teriakku sambil terus terisak, membuat cekalan itu tiba-tiba terlepas. Aku menatap Kak Zulfan yang tengah menatap sesuatu di depannya, enggan menatapku.
"Saya tidak tahu harus bersikap seperti apa Sha," jantungku langsung berdebar saat mendengar nada datar dari mulutnya.
"Kadang saya bertanya, peran utama di sini, sebenarnya siapa? Seharusnya, saya mempertahankan atau melepaskan? Saya tidak mengerti."
"Ini ujian atau sebuah kenyataan yang harus saya terima, Sha? Dari awal seharusnya kamu tidak menerima lamaran itu, jika hati kamu masih terpaut dengan yang lain." aku menggigit bibir bawahku sambil merasakan air mataku mulai keluar.
Allah, aku telah menyakitinya. Menyakiti laki-laki yang dengan beraninya memintaku pada Ibu, secara hormat.
"Saya tidak tahu harus bertahan atau meninggalkan Sha. Kata kamu, saya jangan pergi. Tapi, kamu sendiri yang secara tidak langsung meminta saya untuk pergi."
"Jadi, sekarang saya harus bagaimana Sha? Mengikhlaskan kamu, karena memang kamu tidak pernah mencintai saya?" aku menggeleng sambil menatapnya yang masih enggan menatapku.
"Kak-"
"Apakah ini alasan kamu masih enggan membuka cadar di hadapan saya Sha?" tanyanya sambil menatapku. Membiarkan bola matanya terlihat oleh retina mataku.
"Buk-"
"Pulanglah!" aku tersentak saat mendengar ucapan Kak Zulfan.
"Humaira, antarkan Alesha pulang." aku bahkan masih belum bisa mencerna kata-katanya. Sampai merasakan tangan Humaira yang memegang bahuku.
"Kak-"
"Pulanglah Sha!"
"T--tapi Kakak-"
"Jangan pikirkan saya," potongnya membuat hatiku semakin teriris. Aku tahu aku salah. Mengatakan cinta di hadapan seseorang yang sudah nyata menjanjikan Surga untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketetapan Cinta Dari-Nya [END]
Teen FictionBagaimana jika melihat cinta pertama pergi tanpa mengucapkan sebuah salam perpisahan? Menciptakan luka dan duka bersamaan. Sampai di hadirkan dengan seseorang yang mampu kembali membuat kamu percaya adanya cinta. Namun, saat benar-benar di...