Revisi
••••••••••••HAWA sejuk Bandung menciptakan lengkungan indah pada bibirku. Menghirup kesegaran aroma lingkungan yang masih belum banyak menciptakan polusi. Aku keluar dari lift kantor, sengaja datang karena ingin memberikan makan siang untuk Kak Zulfan.
"Assalamualaikum, Mbak, Kak Zulfannya ada?" aku menyapa sekretaris Kak Zulfan. Ia tersenyum tipis.
"Waalaikumussalam. Pak Zulfan sedang keluar sebentar. Ibu tunggu saja di dalam." aku mengangguk mengiyakan sambil mengucapkan terimakasih padanya.
Aku memasuki ruangan yang di dominasi putih-abu. Menghirup aroma lavender. Lalu mendudukkan tubuhku pada sofa yang memang terdapat di ruangan itu, dan langsung meletakan rantang makanan di atas meja.
Aku meng-scrol beranda instagram sambil menunggu Kak Zulfan datang. Lihatkan? Aku bisa bersikap sebucin ini setelah Kak Zulfan mengatakan cintanya. Mengingat itu, rasanya jutaan kupu-kupu menggelitiki perutku.
Setelah sekitar 20 menit menunggu Kak Zulfan datang, aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi untuk sekedar membasuh wajahku dengan air.
Aku mendengar suara knop pintu yang di buka, mungkin Kak Zulfan telah datang. Dengan perasaan gugup, aku kembali memakaikan niqab. Allah, kenapa perasaanku masih sama? Masih merasa debaran bahkan sebelum aku menatap wajahnya.
Tanganku terhenti saat pintu kamar mandi sudah sedikit terbuka. Menampilkan dua orang laki-laki yang sedang berargumen.
"Kenapa kamu tidak mengatakannya dari awal?" aku melihat kilatan kecewa dari mata Kak Zulfan.
"Karena gue mencintai Syntia! Gue nggak mau kalian bersatu!" aku tertegun, Syntia lagi?
"Cara kamu kekanakan! Kamu tahukan? Syntia hanya mencintai saya, seharusnya kamu sadar saat saya dengannya memutuskan untuk menikah hari itu."
"Gue udah berusaha mengikhlaskan. Dan sekarang gue sadar, bahagianya hanya bersama lo! Gue baru tahu alasan Syntia ninggalin lo, dimana hari saat lo memutuskan, untuk menikah dengan Alesha!"
Tubuh Kak Zulfan melorot di atas sofa. Ia menghempaskannya dengan raut wajah yang tak tergambarkan.
"Seharusnya saat kamu mengetahui bahwa Syntia memang terpaksa meninggalkan pernikahan itu, kamu langsung mengatakannya. Karena mungkin, saya tidak akan melakukan kesalahan untuk meinggalkannya Ris,!"
Deg!
Brak!
Kak Zulfan dan Mas Faris menatap ke arahku saat tas yang aku genggam tak sengaja aku jatuhkan.
Karena mungkin, saya tidak akan melakukan kesalahan untuk meninggalkannya Ris.
Maksudnya menikahiku adalah sebuah kesalahan? Maksudnya kehadiranku menimbulkan penyesalan?
"Sha?"
Aku mengambil tasku, kembali menegakkan tubuh sambil berjalan keluar kamar mandi dengan sedikit ragu. "Maaf mengganggu,"
"Sha?" Kak Zulfan mencekal tanganku saat aku berjalan mendekat ke arah pintu keluar.
"Lepas Kak," aku mati-matian menahan agar isak tangis itu tidak terdengar. Mengatakannya tanpa berniat menatap wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketetapan Cinta Dari-Nya [END]
Novela JuvenilBagaimana jika melihat cinta pertama pergi tanpa mengucapkan sebuah salam perpisahan? Menciptakan luka dan duka bersamaan. Sampai di hadirkan dengan seseorang yang mampu kembali membuat kamu percaya adanya cinta. Namun, saat benar-benar di...