Revisi
••••••••••••UCAPAN Kak Zulfan terus terngiang di kepalaku. Apalagi ia mengatakan hal itu dengan nada yang cukup serius.
"Saya bisa lebih membahagiakan kamu dari dia,"
Deg!
Aku terdiam sambil meremas sedotan yang terdapat pada susu kotak yang ia berikan. Mencoba ingin menatapnya pun rasanya masih belum mampu.
"Jika mengizinkan, saya siap menjadi bahu yang di jadikan sandaran saat kamu merasa terluka." setelah ucapan itu, ia langsung beranjak meninggalkan aku dengan detak jantung yang sudah tak berirama.
Aku menatap Zakira yang sedang memakaikan hena di tangannya. Besok adalah hari pernikahan dia, entah laki-laki mana yang mau menikahi orang menyebalkan sepertinya.
"Sha? Kenapa ngelamun gitu?" tanya Zakira memecahkan segala bayangan yang aku ciptakan.
"Mikirin aja, kok ada ya laki-laki yang mau sama kamu?" balasku membuat ia melemparkan bantal dengan tangan kirinya yang masih bersih tanpa hena.
"Mulutmu itu minta di kaput loh Sha," ucapnya membuat aku terkekeh.
"Ra? Nazha udah nikah ya?" tanyaku mendapat balasan dengan raut tak mengerti.
"Kamukan sepupunya, kenapa nanya aku?" tanyanya membuat aku menipiskan senyuman.
"Aku nggak denger kabar dia,"
"Pernikahannya batal Sha, katanya calon suaminya itu mendadak membatalkan." jelasnya membuat aku membeku.
Aldi membatalkannya?
Kenapa?Drt... Drt...
Ibu?
"Halo Assalamualaikum? Kenapa Bu?"
"..."
"Siapa?"
"..."
"Aku kenal?"
"..."
"Nggak kok, cuma lagi nemenin Zakira."
"..."
"Ya udah, aku pulang. Assalamualaikum,"
Aku menutup sambungan telepon itu dengan perasaan yang tak karuan. Beralih menatap Zakira yang menatapku penasaran.
"Kenapa Sha? Ada masalah?"
"Aku harus pulang Ra," balasku sambil mengambil tas slempang.
"Kenapa?"
"Nggak tahu, rumit." balasku lagi membuat ia terkekeh.
oOo
Aku menatap satu mobil yang terparkir di halaman rumah. Mendengar beberapa orang yang sedang bercengkrama di dalamnya.
Sebenarnya tamu yang Ibu maksud itu siapa? Katanya aku kenal?
Tapi kenapa mobil di depan terasa asing di mataku?Aku memberanikan diri untuk memasuki rumah. Membiarkan detak jantungku bersautan dengan suara derap langkah kaki.
Aku terdiam di depan bilik pintu sambil meremas tanganku sendiri. Kenapa tamu yang ibu maksud kali ini mampu membuat aku gugup?Seakan dia adalah malaikat maut yang ingin menjemput?
"Assalamualaikum," salamku sambil melangkahkan kaki memasuki rumah. Semua pasang mata menatapku, membuat aku sedikit salah tingkah.
"Waalaikumussalam," aku menatap beberapa orang di depanku, mencoba mencerna siapa sebenarnya tamu yang Ibu maksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketetapan Cinta Dari-Nya [END]
Teen FictionBagaimana jika melihat cinta pertama pergi tanpa mengucapkan sebuah salam perpisahan? Menciptakan luka dan duka bersamaan. Sampai di hadirkan dengan seseorang yang mampu kembali membuat kamu percaya adanya cinta. Namun, saat benar-benar di...