12 : Namanya Zulfan

1.3K 136 12
                                    

Revisi
••••••••••••

AKU menghela nafas pelan. Menatap langit-langit kamar sambil menerbitkan seulas senyuman. Kemarin malam, aku baru sampai mengijakkan kembali kakiku di atas rumah, yang sangat aku rindukan.

"Sha? Aa boleh masuk?" Aku menatap bilik pintu, lalu sedikit berteriak untuk memberikan izin untuknya.

"Belum tidur?" tanya A Naufal sambil berjalan mendekat ke arahku. Duduk tepat di samping kananku.

"Belum ngantuk A,"

"Katanya besok mau ngisi sminar ke sekolah MAN kamu," ucapan A Naufal membuat aku tersadar, jika besok memang ada jadwal pengisian sminar di sekolah MAN ku dulu. Katanya, sebagai contoh untuk adik-adik kelas.

"Ya udah, ayok tidur." ucap A Naufal sambil mengelus rambutku lembut.

"Aa?" panggilku saat sebelum ia berhasil memegang knop pintu.

"Kenapa?"

"Humaira udah dateng belum?" tanyaku. Karena handphone-nya sama sekali belum aktif dari semalam.

"Loh? Kamukan temennya, kenapa nanya Aa?" balas A Naufal membuat aku menghela nafas pelan.

***

Aku mengenakan kaos kaki sambil terduduk di atas anak tangga. Kembali menalikan niqab yang aku kenakan dengan buru-buru.

"Nahkan, kata Aa juga apa? Cepet tidur. Siapa suruh abis Subuh tidur lagi," aku mengerucutkan bibirku sambil menatap kesal A Naufal.

Merasa sebal karena pagi ini aku datang terlambat. Aku juga si, kenapa harus ada acara baca Novel dulu semalam.

Aku berdiri sambil membenarkan tataan niqab dan tas slempang yang aku kenakan. Berjalan menghampiri Ibu yang masih sibuk memberikan slai pada beberapa potong roti.

"Ibu Lesha berangkat dulu ya? Assalamualaikum," ucapku sambil mengecup pipi kanannya, lalu berlari keluar rumah.

"Lesha! Sarapan dulu!" teriak Ibu saat aku sedang menggunakan fantopel.

"Nanti aja, Lesha telat!" balasku lalu berlari mencari taksi.

oOo

Aku berjalan terburu-buru saat mendengar suara MC dari dalam Aula. Menelan salivaku karena merasa tak enak datang terlambat.

Aku menatap Bu Amel-guru agamaku yang sedang bercengkrama dengan seseorang.

Berlari menghampirinya sampai hampir kehilangan keseimbangan.

"Assalamualaikum, Ibu maaf Alesha telat!" ucapku membuat Bu Amel menatapku dengan dahi yang berkerut.

"Waalaikumussalam, maaf siapa ya?" tanyanya membuat aku menelan salivaku dengan susah payah. Ayolah, aku tidak sedang di prank-kan?

Aku juga tidak salah membaca e-mail untuk di minta ke sinikan?

Aku beralih menatap laki-laki yang menatapku dengan satu alis terangkat. Saat matanya tak sengaja bertubrukkan dengan retina mataku, ia langsung mengalihkannya.

"B-bukannya Ibu yang ngundang saya ya?" tanyaku membuat kerutan di dahi Bu Amel jelas terlihat.

"Saya hanya mengundang anak didik saya yang baru pulang dari Madinah. Dan saya sepertinya tidak mengenal kamu,"

Ketetapan Cinta Dari-Nya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang