36 : Orang Ketiga

1.3K 126 13
                                    

Revisi
••••••••••••

      A NAUFAL memutuskan keluar dari kamarku. Membiarkan aku dan laki-laki di depanku di selimuti kecangggungan. Jarum jam menunjukkan pukul 12 kurang 4 menit. Darimana saja dia? Baru bisa menengok keadaanku selarut ini.

Aku masih terdiam dengan posisi yang sama. Terduduk di kursi yang berada di balkon kamar, sambil kembali menatap langit yang sedang di taburi bintang.

"Sha?" ia kembali bersuara. Sedangkan aku, masih enggan untuk sekadar menatapnya.

"Kenapa kamu tidak pulang?" aku tersenyum kecut, memilih berdiri lalu memasuki kamar.

"Sha?"

"Bukankah ini rumahku?" aku mengatakan itu sambil melepas cadar yang sedang aku kenakan. Membiarkan ia menatap mata sembab yang di hasilkan dari kesedihan yang hari ini, ia ciptakan.

"Sha, rumah kita... bukan di sini."

"Ini rumahku, rumah yang sesungguhnya. Rumah yang tidak akan membuat aku kecewa." ia berjalan mendekat, berjongkok tepat di hadapanku. Menarik kedua tenganku untuk ia genggam, lalu membiarkannya terdiam di dalam pangkuanku.

"Maaf Sha,"

"Aku benci kata maaf jika kesalahannya hanya untuk di ulangi Kak," ia masih menatapku, bahkan kali ini aku sama sekali tidak tertarik dengan kehadirannya yang selalu aku nantikan dan aku rindukan.

"Apa yang kamu lihat di rumah sakit, itu tidak benar. Saat itu Syntia enggan makan, sedangkan kondisinya sangat buruk. Dia hanya ingin makan jika saya yang menyuapinya Sha, saya turuti. Apalagi alasan kecelakaannya gara-gara saya," aku menatap wajahnya saat ia menjelaskan semuanya.

"Iya Sha, waktu itu dia meminta untuk di jadikan istri kedua. Saya tidak bisa, saya hanya mencintai kamu. Sampai akhirnya ia berlari saat saya menjelaskan bahwa dengannya, saya tidak pernah serius jatuh cinta, karena buktinya, saat mengetahui alasan dia meninggalkan, rasa itu tidak pernah saya rasakan lagi. "

"Dan saat itu, ada mobil yang sedang kehilangan kendali, sampai akhirnya ia tertabrak. Ia mengalami retak di bagian tangannya Sha." Aku terdiam, membiarkan air mata itu mengalir di pipiku. Teh Laras benar-benar ingin Kak Zulfan kembali padanya.

"Sha? Maafkan saya," ucapnya sambil mencium kedua tangan yang sedang ia genggam di atas pangkuanku.

"Dari mana Kakak tahu, aku melihat semua itu di rumah sakit?"

"Dari Faris. Faris mengatakan bahwa kamu melihat saya dengan Syntia. Dan saat saya sampai rumah, kamu tidak ada. Maaf Sha... "

"Boleh aku sendiri dulu untuk sementara waktu?" Kak Zulfan menatapku dengan pandangan yang sulit aku artikan. Tidak ada ekspresi yang ia berikan.

"Izinkan aku menenangkan pikiran, izinkan aku mengerti dengan keadaan yang sedang terjadi Kak, setelah itu aku janji akan kembali," ia tetap terdiam sambil menatapku, seakan tidak mengizinkan.

"Aku akan baik-baik saja, setidaknya izinkan aku untuk bersikap egois kali ini. Aku hanya tidak ingin merasakan luka terlalu dalam,"

Ia masih diam, tak tahu harus menjawab apa dengan keinginanku, mungkin. Sampai aku tersentak dengan tangannya yang ia tangkupkan di pipiku. Ia mengarahkan mataku agar sepenuhnya fokus menatap matanya.

Ketetapan Cinta Dari-Nya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang