Revisi
••••••••••••AKU dan Aldi berjalan beriringan, tidak tahu akan di bawa ke mana. Menyeimbangi langkahnya sambil menyapu beberapa orang di sekitar ksmi.
"Aldi, kita mau kemana?" tanyaku membuat ia menoleh sambil tersenyum, tanpa menjelaskan apapun.
"Aku nggak mau berkhalawat (berduaan) sama kamu!" kesalku sambil menghentakan kaki kesal.
"Kita nggak cuma berdua Lyn, ada banyak orang di sana," balasnya membuat aku mengerucutkan bibirku kesal.
Tadi aku meminta Humaira atau siapapun ikut bersamaku, namun ia menolaknya. Mengatakan bahwa ini adalah acaraku dengannya saja.
Aku membulatkan mataku saat di hamparkan birunya lautan di hadapanku. Senyumku mengembang tatakala kakiku mendarat di atas pasir pantai.
"Suka nggak?" tanyanya membuat aku mengangguk antusias.
Setelah itu, Aldi mengajakku untuk terduduk dengan alasan sendal, menghadap ke arah hamparan laut.
"Lo suka senja?" aku menoleh, lalu kembali mengalihkan pandangan pada seburat jingga yang terhampar indah di hadapanku.
"Aku selalu menyukai setiap hal yang Allah ciptakan," balasku sambil melengkungkan sebuah senyuman.
"Termasuk gue?" jantungku berdetak tak normal, menatapnya sambil tersenyum malu.
"Sha?"
"Hmm?"
"Jika lo mencintai senja, bisa tidak belajar untuk mencintai langit? Setidaknya lo menghargai keberadaannya yang ada setiap saat," aku terdiam, sedikit mengerti dengan apa yang ia ucapkan.
Andai kata cinta sudah halal terucap dari bibirku. Mungkin dari pertama kali aku sadar dengan perasaan ini, aku akan mengungkapkannya.
"Aku sudah mencintai langit jauh sebelum kamu memintanya," balasku membuat ia tersenyum.
"Sha? Gue harus pergi," ucapnya tiba-tiba membuat dadaku kembali merasa sesak. Dengan susah payah aku menelan salivaku. Mencoba bersikap biasa di hadapannya.
"Pergi kemana?"
"Gue di jodohkan,"
Deg!
Aku merasakan aliran darahku terhenti, membiarkan air di pelupuk mataku tumpah begitu saja. Enggan menatap wajahnya sambil merasakan sakit yang luar biasa.
Allah, apakah ini balasan saat aku kembali menaruh harap pada sosok selain Mu?
"Sha? Gue ngga bisa menolak. Gu-"
"Aku ingin pulang!" tegasku membuat ia terdiam.
***
Aku pulang tanpa berpamitan pada Aldi, bahkan untuk sekedar menatap wajahnya pun, enggan.
"Gue di jodohkan,"
Kenapa ucapan sesimpel itu bisa membuat aku mati tak berkutik. Rasanya, ragaku hilang di telan dentuman ombak sore tadi.
"Ibu akan menikah lusa Fal, Om Firman menjadi satu-satunya harapan untuk Ibu dan adik kamu."
Langkahku terhenti, menatap Ibu, A Naufal dan teh Ulfa yang sedang berbincang di ruang kekuarga.
"Ini mungkin sakit bagi Alesha, tapi ini yang terbaik." aku memundurkan tubuhku.
Hari ini, hari yang seharusnya menjadi sebuah hal yang membahagiakan harus tertelan rasa sakit di waktu bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketetapan Cinta Dari-Nya [END]
Teen FictionBagaimana jika melihat cinta pertama pergi tanpa mengucapkan sebuah salam perpisahan? Menciptakan luka dan duka bersamaan. Sampai di hadirkan dengan seseorang yang mampu kembali membuat kamu percaya adanya cinta. Namun, saat benar-benar di...