25 : Maaf

1.4K 129 4
                                    

Revisi
•••••••••••

AKU ke luar lift sambil menggenggam tangan Salsa. Hari ini, aku akan menemaninya untuk membeli cincin untuk acara pernikahannya minggu depan.

Ia memutuskan menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Aku tidak tahu, apakah Salsa sudah mencintai calon suaminya atau belum. Karena aku sendiri tidak merasakan keterikatan dari sebuah perjodohan.

"Dia dimana?" aku bertanya sambil menatap Salsa yang melirik ke sana ke mari.

"Katanya dekat toko cincin. Ah! Itu dia!" ia menunjuk seseorang yang tengah berdiri dengan stelan kemeja berwarna putih dengan perpaduan celana katun hitam.

"Yuk!" ajak Salsa sambil menarik tanganku.

"Salsa?" aku melihat laki-laki itu menunduk saat Salsa berada tepat di hadapannya.

"Maaf menunggu lama," balas Salsa sambil memalingkan wajah, aku duga dia sedang gugup kali ini.

"No problem,"

"Kenalin, ini Alesha. Temen yang pernah aku ceritakan untuk nemenin kita cari cincin," laki-laki di depanku itu tersenyum sambil melirikku.

"Gue Radit,"

"Alesha... Emh?" aku bingung dengan panggilanku untuknya. Untungnya dia sedikit bisa mencairkan suasana. Aku fikir, seorang pilot akan berbicara formal. Tapi aku bersyukur, setidaknya aku tidak kembali menemukan jelmaan seperti Kak Zulfan.

Heh? Kenapa aku memikirkan laki-laki menyebalkan itu? Saat aku marah padanya, ia malah tersenyum sambil mengacak kepalaku. Menjengkelkan.

"Panggil Mas aja, kayak Salsa." aku mengangguk sambil melirik Salsa yang masih menundukkan wajahnya malu-malu.

"Mari," ajaknya sambil berjalan mendahului kami memasuki toko perhiasan.

Setelah itu, kami langsung sibuk memilih cincin pernikahan. Aku sangat antusias melakukan ini. Apalagi menemani sahabatku sendiri. Di tambah, aku dan Kak Zulfan tidak pernah melakukan ini karena yang menyiapkannya adalah orang tua.

"Mbak coba liat yang itu!" aku menoleh saat Salsa dan Mas Radit mengatakannya secara bersamaan.

"Yang mana Mas? Mbak?"

"Yang itu!" jari mereka bahkan menunjuk cincin yang sama. Aku tersenyum geli saat rona merah pada pipi Salsa mulai terlihat.

"Wah MasyaAllah, kayaknya cocok banget. Sampe barengan gitu," komentar si mbak tadi sambil terkekeh, membuat Mas Radit menggaruk tengkuknya yang aku rasa tidak terasa gatal.

"Kamu mau yang ini?" Salsa menoleh sambil sesekali melirik cincin di dalam genggamannya.

"Menurut.... Mas?"

"Cantik," Salsa menggigit bibir saat Mas Radit mengatakan itu. Lihatkan? Orang yang sudah jatuh cinta pasti akan berfikir ambigu dengan perkataan yang di lontarkan orang yang dia cinta.

Padahal, yang di maksud cantik oleh Mas Radit adalah cincinnya. Tidak tahu jika memang Mas Radit mengatakannya dengan niat yang terselubung.

Setelah berhasil mendapatkan cincin yang di maksud. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Sampai langkahku yang sedang berada di lobby mall terhenti karena mendapat notifikasi dari seseorang

Kak Zulfan

Saya tahu kamu sedang di mall, tunggu sebentar di lantai 3. Setelah urusan saya selesai, saya ke sana.

Ketetapan Cinta Dari-Nya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang