Revisi
••••••••••••MATAHARI terlihat mencondong ke arah Barat. Kali ini entah dorongan dari mana, sepasang pengantin baru itu malah mengajakku untuk menonton film.
Sengaja, Humaira dan Kak Andra tidak sarapan dari rumah. Hingga akhirnya, kami memutuskan untuk singgah sebentar di restoran dalam mall.
Aku dan Kak Zulfan yang notabene-nya memang sudah sarapan, hanya memesan satu gelas coklat panas dan teh.
"Kamu nggak mau sarapan lagi Sha?" aku beralih, menatap Humaira yang sedang menyantap makanannya. Lalu menggeleng kecil.
"Sha?"
"Iya?" kali ini pandangan di meja kami tertuju pada Kak Andra yang tengah menatapku, dan Kak Zulfan secara bergantian.
"A...ada apa?" timpal Humaira. Sangat terlihat jika Humaira masih canggung dengan Kak Andra. Tak salah juga, pernikahan mereka memang tidak pernah di rencanakan. Bahkan aku saja dan Kak Zulfan masih merasa canggung sampai saat ini.
"Zulfan gimana?" lagi-lagi pertanyaan itu yang selalu terlontar untukku.
"Gimana?" tanyaku balik.
"Dia bisa romantis? Lo nggak bakal kebawa dingin kayak dia kan Sha?" tanyanya membuat aku tersenyum tipis.
"Dra!" Kak Zulfan memprotes tidak terima. Padahal, sepertinya jika di banding es batu, Kak Zulfan lebih dingin.
"Tahu nggak Sha?" Ya? Aku menatapnya dengan pandangan bertanya.
"Zulfan pernah bilang sama gue. Katanya, genggam tangan lo aja, dia nggak bisa." aku sedikit melirik ke arah Kak Zulfan. Apakah aku selalu menghindar? Bukannya jika dia meminta izin aku selalu diam, dan endingnya dia sendiri yang menggenggam tanganku.
"Andra!" Kak Zulfan kembali memprotes. Wajahnya tetap datar, aku tidak bisa melihat ekspresi yang sebenarnya.
"Tahu alasannya? Dia bilang, 'Jantung saya selalu berdetak cepat saat berdekatan dengannya Dra. Ingin menggenggam tangannya saja, saya harus melawan panas-dingin yang tubuh saya responkan,',"
Uhuk...
Suara itu bukan berasal dariku. Bukankah harusnya aku yang tersedak saat mendengar ucapan Kak Andra?
"Kamu nggak papa?" aku melihat ekspresi yang sangat khawatir tercetak jelas dari raut wajah Kak Andra. Membuat aku yakin, bahwa dia memang bisa membahagiakan Humaira.
"Nggak papa," balas Humaira sambil tersenyum canggung pada Kak Andra. Kak Andra membalas senyuman itu sambil kembali menegakkan tubuhnya.
"Jadi Sha, katanya 'Duduk bersebelahan dengannya saja bisa membuat saya terasa kekurangan oksigen, karena gugup. Saya bisa apa?' "
"Andra!" aku mengulum senyum sambil melirik Kak Zulfan yang terlihat menatapku beberapa kali. Jadi, bukan hanya aku yang merasakan gugup saat bersama Kak Zulfan?
"Benarkan lo pernah bilang itu ke gue?"
"Tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketetapan Cinta Dari-Nya [END]
Teen FictionBagaimana jika melihat cinta pertama pergi tanpa mengucapkan sebuah salam perpisahan? Menciptakan luka dan duka bersamaan. Sampai di hadirkan dengan seseorang yang mampu kembali membuat kamu percaya adanya cinta. Namun, saat benar-benar di...