"Anak-anak, apakah ada yang ingin mencalonkan diri sebagai ketua kelas?"
Seorang guru perempuan yang sangat murah senyum sedang berdiri di depan papan tulis. Bu Selpi bertanya membuat keadaan kelas mendadak hening. Semua murid bungkam dan juga diam.
Mereka sama sekali tidak tertarik dengan tawaran Bu Selpi. Mereka merasa, jika menjadi ketua kelas itu, ribet.
Masih terjadi keheningan di dalam kelas, Bu Selpi masih mempertahankan senyumannya, ia menunggu orang yang akan mencalonkan diri sebagai ketua kelas.
Sampai akhirnya, Anka Gemilang bangkit berdiri, ia maju ke depan membuat Bu Selpi tersenyum senang.
Cowok jangkung itu berdiri di samping Bu Selpi, "bagus, bagus." Puji Bu Selpi bangga. "Ada yang mau mencalonkan lagi? Kalau tidak, otomatis Anka yang akan menjadi ketua kelas di kelas 10.C." Lanjutnya.
"Eh, kalau misalnya Anka jadi ketua kelas, gue jamin ini kelas enggak akan seru!" Billy berbisik kepada Dimas yang duduk di bangku depannya.
Gita yang duduk di seberang kiri bangku Billy mengangguk setuju, "auto diomelin tiap hari kita." Timpalnya.
Dimas membalikkan badan untuk menghadap ke arah Billy, "kok curhatnya malah ke gue?" Tanyanya heran.
"Lo 'kan tempat penampungan dosa-dosa orang yang suka ghibah, Mas." Celetuk Hito yang duduk di depan bangku Gita.
Dimas menoleh ke arah Hito, cowok berambut gondrong itu kemudian mengacungkan jari tengahnya kepada Hito. "Jangan panggil gue Mas!" Ia melotot.
"Ada yang mau mencalonkan lagi?" Tanya Bu Selpi kembali, membuat Dimas meluruskan pandangan ke depan.
Semuanya kembali diam, namun dibalik kediaman mereka ada yang setuju dan tidak setuju jika Anka menjabat sebagai ketua kelas di kelas 10.C ini.
Sampai akhirnya, seorang gadis berhidung mancung yang duduk di bangku belakang Gita bangkit berdiri, ia maju ke depan membuat keadaan kelas yang asalnya hening mendadak ramai.
"Auto pilih Kara!" Pekik Gita pelan. Ia menatap punggung Kara dengan senang.
"Kara seru nih, tiap hari bisa diajak tik tok-kan bareng." Celetuk Jeni yang duduk di ujung kelas.
Kara tersenyum menatap Bu Selpi, gadis cantik itu kini berdiri di samping Anka, "saya mau mencalonkan diri Bu." Ucapnya membuat Anka menoleh kepadanya dengan sinis.
"Oke, ada dua calon ketua kelas di sini. Sebelumnya, ada yang ingin disampaikan terlebih dahulu sebelum pemilihan?" Tanya Bu Selpi kepada Anka dan Kara. "Ya, itung-itung perkenalan lagi untuk menarik warga kelas agar memilih kalian." Lanjutnya.
Anka dan Kara mengangguk secara bersamaan. Pertama, Anka yang menyampaikan perkenalan.
"Perkenalkan nama saya Anka Gemilang. Di sini saya sebagai calon ketua kelas hanya ingin menyampaikan, jika saya terpilih menjadi ketua kelas, saya akan menjadikan kelas 10.C menjadi kelas yang baik dan unggul dari kelas yang lainnya. Selain itu, saya akan menjalankan tugas saya dengan baik dan benar. Terima kasih."
Semua murid bertepuk tangan ringan, membuat Anka menganggukkan kepalanya dengan sopan.
Kini giliran Kara. "Hai! Nama gue Kara Gandari. Alasan gue mencalonkan diri sebagai ketua kelas karena sebelumnya gue belum pernah jadi ketua kelas, ya gue cuman pengen nambah pengalaman aja sih. Kalau kepilih Alhamdulilah, kalau enggak ya syukurlah. Tapi kalau kalian milih gue, gue enggak bakalan malu-maluin kelas ini, gue jamin citra kelas 10.C akan baik di mata orang-orang. Mungkin segitu aja, makasih."
Semua murid bertepuk tangan heboh, bahkan Billy dan Jeni sampai berdiri atas apa yang disampaikan oleh Kara.
"Aduh, kuku gue," ringis Jeni saat menyadari tepukannya terlalu kuat, membuat ia tidak sengaja menyentuh kuku terbalut kutek yang masih basah itu.
Namun kemudian ia mendongak dan bertepuk tangan lagi sambil tersenyum bangga.
Mendengar tepukan tangan untuk Kara yang cukup heboh, membuat Anka melirik Kara dengan malas.
Mana mungkin perkenalan kayak gitu bisa menang? Masa calon ketua kelas abal-abal. Anka mendumel di dalam hati.
Bu Selpi kemudian menganggukkan kepalanya, "oke, sekarang waktunya pemilihan. Langsung saja ya, yang memilih Anka coba acungkan tangan,"
Hanya ada tiga orang dari delapan belas murid di kelas yang mengacungkan tangan. Hal itu sontak membuat Anka terheran-heran.
"Yang memilih Kara?"
Hampir semua murid kecuali tiga orang tadi mengacungkan tangannya tinggi-tinggi, mereka kemudian menyerukan nama Kara dengan semangat.
"Kara!"
"Kara woy Kara!"
"Kara santan kelapa!!!"
Bu Selpi terkekeh, "baiklah, mulai hari ini Ibu menyatakan bahwa Kara Gandari menjabat sebagai ketua kelas 10. C."
Guru Sosiologi yang masih muda dan cantik itu ikut bertepuk tangan bersama para murid, mereka menatap Kara dengan senang sekaligus bangga.
Kara hanya bisa tersenyum lebar, ia melambaikan tangannya bagaikan seorang artis. Tidak lupa ia juga melemparkan flying kiss.
Di samping kebahagiaan Kara, terlihat Anka yang sedang menganga. Ia tidak habis fikir dengan teman-temannya, kenapa coba memilih Kara?
Padahal Anka merasa, dirinya lebih layak untuk dijadikan ketua kelas.
Ia pintar, ganteng, pernah menjabat sebagai wakil ketua osis pas SMP, pernah menjabat sebagai ketua basket juga... Jangan lupakan ia juga pernah menjadi ketua kelas sejak SD sampai SMP kelas 7.
Tapi kenapa malah Kara yang terpilih?
Dari tingkah dan wajahnya, sepertinya Kara tidak berpengalaman di dalam organisasi.
"Bu, kalau begitu Anka jadi wakilnya, ya?" Kara bertanya membuat Anka menatap Kara dengan tatapan tajam.
Bu Selpi menganggukkan kepala, "boleh kok, biar kamu ada yang bantu." Ujarnya membuat Kara tersenyum senang.
Anka menatap Kara yang kini sedang menatapnya, gadis yang tingginya hanya sebatas leher Anka itu nyengir lebar.
Mampus gue dijadiin babu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (COMPLETE)
Teen FictionKara kira menjadi Ketua Kelas adalah tugas yang sangat mudah. Sehingga ketika ada pemilihan Ketua Kelas ia mengajukan diri dengan percaya diri. Namun ia bersaing dengan Anka, cowok pinter yang katanya cinta sama matematika. Anka ingin menjadi Ketua...