38 - 10. C Terkejut

1.2K 253 15
                                    

Selamat Malam dan Happy Reading!
























Kelas 10. C yang ada di lantai tiga sudah diperbaiki. Kelasnya menjadi bagus kembali. Oleh karena itu, anak-anak kelas 10. C di suruh minggat dari kelas sementaranya itu dan pindah ke kelas utama.

Murid-murid kelas 10. C sebenarnya tidak setuju jika pindah lagi ke lantai atas. Masalahnya, kelas mereka ada diujung dan jauh dari kantin, selain itu di kelas mereka tidak ada wastafel seperti kelas di lantai bawah.

Padahal enak jika ada wastafel, kalau tangan kotor gitu bisa langsung cuci tangan. Kalau sudah pindah ke lantai tiga, mereka harus jalan dulu ke ujung lantai tiga. Kan jauh.

Meskipun masih satu lantai, tapi tetep aja ujung ke ujung itu cukup menguras tenaga.

"Wah, atapnya udah bagus dong! Enggak burik kayak kemarin." Seru Hito begitu masuk ke dalam kelas.

Yang lain mengangguk setuju. Mereka jadi tidak khawatir kebanjiran lagi jika turun hujan.

Sekarang masih pagi, sehingga anak-anak sedang bersantai di kursinya masing-masing. Menikmati suasana baru di kelas lama.

Selain atapnya yang diperbaiki, ternyata kelasnya di cat ulang, sehingga kelas ini terlihat baru. Dinding bercat krem di kelas ini masih polos dan juga bersih.

Kara duduk di kursi dulunya. Kursinya yang ada di belakang dan bersebelahan dengan Anka.

Gadis yang rambutnya di kuncir setengah itu mengeluarkan hapenya, ketika hendak menekan kata sandi, Anka tiba-tiba muncul.

"Udah sarapan?" Tanya Anka tiba-tiba.

Kara menoleh, lalu mengangguk. "Udah tadi."

"Sarapan sama apa?" Tanya Anka lagi, kali ini ia duduk di kursinya yang di hadapkan ke arah Kara.

"Mie instan,"

Wajah Anka mendadak lempeng, "pagi-pagi makan mie instan, nyari mati?"

"Ya lagian, di rumah enggak ada apa-apa. Belum belanja. Cuman ada mie doang, ya udah daripada kelaparan makan aja. Kelaparan tuh yang bisa bikin mati." Celoteh Kara, gadis itu kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas. Tidak jadi main hape karena ada Anka.

Sedangkan Anka mengeluarkan roti dan juga susu ultra rasa strowberry dari dalam tasnya. Tadi pagi dia mampir ke Indomaret untuk mengambil uang, karena ia ingat dengan Kara—takut gadis itu belum sarapan, berakhirlah Anka membelikannya roti dan juga susu.

Rotinya tidak cuman satu, melainkan tiga. Begitupula susunya, empat.

"Nih, makan." Anka memberikan itu semua kepada Kara. Tentu saja Kara heran, kenapa Anka ngasihnya banyak banget?

Tapi tidak urung Kara menerimanya dengan senang hati, "makasih." Ucapnya.

Anka mengangguk.

"HEH!!! WOY! EKHEM! LAGI NGAPAIN TUH AMIH KARA SAMA APIH ANKA?" Teriakkan Bagas menggema, membuat seluruh pasang mata menatap ke arah Anka dan Kara dengan serentak.

Kara tersenyum kikuk ketika diperhatikan satu kelas. Sedangkan Anka biasa-biasa saja.

"Ngasih pacar sarapan, enggak salah kan?" Tanya Anka membuat seisi kelas mendadak jadi patung.

Kara yang mendengar itu meringis malu. Ia memalingkan wajahnya ke belakang sebelum kehebohan terjadi di dalam kelas tercintanya.

"ANJIR?! SEJAK KAPAN BUKETU DAN WAKETU JADIAN?!" Teriak Ginan kaget bukan main.

ANKARA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang