31 - Tawaran

1.1K 254 3
                                    

Saat Kara pulang bersama Dimas. Entah mengapa Anka merasa ada yang mengganjal di dalam hatinya.

Entah apa itu, Anka tidak bisa mendeskripsikannya.

Namun yang pasti, Anka tidak suka saat melihat Kara bersama Dimas.

Mungkin hal ini terjadi karena Anka sudah terbiasa dengan Kara, sehingga Anka selalu ingin tetap bersama Kara.

Buktinya, sekarang Anka sedang duduk di kelas. Matanya menatap buku, mulutnya membaca isi buku tersebut, namun otaknya memikirkan Kara.

Pagi ini Kara belum datang ke sekolah. Dan tidak tahu kenapa, Anka itu mengkhawatirkannya. Pasalnya jam sudah menunjukkan pukul 07.30 namun Kara belum juga hadir.

Padahal teman-temannya sudah berada di dalam kelas.

"Pih, kok ngelamun? Mikirin Amih Kara, ya?" Bagas menyeletuk membuat Anka sedikit tersentak.

Bagas terbahak melihat ekspresi terkejut Anka, "wah, ketahuan nih." Cowok berambut cepak itu mengusap-usap dagunya sambil menatap Anka menggoda.

"Apa lo?" Anka melotot.

"Lagi mikirin Amih, ya? Ngaku aja deh. Sini curhat sama anak, siapa tau bisa bantu." Bagas duduk di samping kursi Anka yang kebetulan kosong. Kedua alis cowok itu naik turun, berusaha untuk menggoda Anka kembali.

Anka menatap Bagas dengan malas, "pergi sana, jangan ganggu gue." Usirnya.

"Idih, kalau mau curhat mah curhat aja. Enggak usah malu-malu." Goda Bagas, kali ini ia mendorong-dorong bahu Anka menggunakan bahunya sendiri.

Anka mendengus kesal, "mau gue gampar?" Tawar Anka dengan wajah lempeng andalannya.

Mendengar itu Bagas langsung bangkit berdiri, "galak amat si Apih. Mentang-mentang Amih belum dateng." Cibirnya dan berlalu pergi.

Takut di gampar beneran.

Anka menghela napas lega. Akhirnya yang mengganggu sudah pergi. Cowok itupun kemudian kembali membaca buku, namun tetap saja otaknya memikirkan Kara.

🌟🌟🌟

"Kelas 10. C silahkan keluar dulu, kelas kalian akan di nilai."

Seruan yang berasal dari juri lomba kebersihan kelas itu membuat seisi kelas 10. C membubarkan diri, mereka keluar dari dalam kelas sesuai perintah dari pak Burhan.

Sekarang ini kelas mereka akan di nilai kebersihananya. Dan yang menjadi juri adalah pak Burhan dan bu Ratih yang dimana mereka tidak menjabat sebagai wali kelas manapun sehingga nantinya tidak akan ada perkara pilih kasih. Selain itu ada juga bu Dara yang merupakan wakil kepala sekolah.

Di luar murid-murid kelas 10. C menunggu, sedangkan ketiga juri sedang menilai di dalam kelas sana.

"Amih kita kemana sih, guys?" Tanya Hito.

Ginan yang berdiri di sebelahnya menoleh, "entah. Tumben enggak masuk, kemana ya?"

"Pih, lo tau?" Hito kini bertanya kepada Anka.

Anka mengedikkan bahunya tanda tidak tahu.

"Masa sama istri sendiri enggak tau sih, Pih? Apih macam apa kau ini?" Tanya Bagas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Anka hanya bisa mendengus malas menanggapi ucapan Bagas itu. Ingin menjitak Bagas, namun Anka sedang malas.

Sampai akhirnya Billy menunjuk seorang gadis yang sedang berlari di koridor kelas dengan terburu-buru, "itu, Kara." Ujarnya membuat semua pasang mata menatap ke arah Kara.

ANKARA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang