Kara menyimpan sepedanya di dalam garasi rumah, gadis yang rambutnya lepek karena keringat itu baru sampai ke rumah jam tujuh malam karena ia harus membenarkan rantai sepedanya yang terlepas lebih dahulu.
Dengan pelan Kara masuk ke dalam dapur lewat garasi, ia mengambil segelas air putih untuk diminum karena merasa haus.
Saat Kara menolehkan kepalanya, sebuah tamparan keras menghantam pipi kiri Kara membuat kepala gadis itu berpaling.
"Darimana saja kamu? Jam segini baru pulang?!"
Seorang pria paruh baya bermata merah menatap Kara murka. Ia adalah Besta—Ayahnya Kara yang sangat galak dan juga keras.
Kara perlahan menolehkan kepalanya ke arah Besta, ia berusaha sekeras mungkin untuk menahan rasa perih yang menjalar di pipi kirinya.
Pipinya masih terasa sakit akibat tamparan Mike tadi di sekolah, kini ia harus mendapatkan tamparan lagi dari ayah kandungnya sendiri.
"Kara ada urusan dulu di sekolah, terus pas di jalan rantai sepeda Kara lepas, pah. " Jawab Kara sambil menunduk.
Ia berusaha untuk menahan tangis.
"Jangan beralasan! Pasti kamu jalan sama laki-laki 'kan? Atau kamu pergi sama Mama kamu?!" Tuduh Besta membuat Kara langsung menggelengkan kepalanya cepat.
"Enggak, pah."
Besta memajukkan langkahnya ke arah Kara, membuat Kara memundurkan langkahnya secara perlahan.
Kara tahu, saat ini ayahnya sedang berada di bawah pengaruh alkohol, terlihat dari matanya yang sayu dan bau badannya yang sangat menyengat.
Besta menatap wajah Kara dengan intens, mata merahnya itu tidak berkedip sama sekali saat memperhatikan wajah ketakutan Kara.
"Kamu itu cantik, banyak laki-laki yang suka sama kamu. Kamu bahkan lebih cantik dari ibumu." Besta hendak memegang pipi Kara, namun Kara segera menepis lengan ayahnya itu dengan kasar.
Besta melotot tajam, ia langsung menjambak rambut terurai Kara membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Jangan ngelawan sama papa!" Bentak Besta membuat Kara memejamkan mata.
Mata merah Besta memperhatikan seluruh wajah Kara yang terlihat sempurna.
Pria itu memajukkan wajahnya, hendak mencium bibir putrinya, namun dengan gerakan cepat Kara langsung menggigit tangan Besta dan langsung berlari cepat keluar rumah begitu pegangan tangan Besta di rambutnya terlepas.
Kaki Kara terus berlari, membawanya entah kemana. Ia sangat takut, Besta selalu memperlakukan dirinya seperti itu.
Kara masih terima jika itu hanya tamparan atau makian, namun ia sangat tidak terima jika ia dilecehkan.
Terkadang Kara ingin lepas dari kehidupan ayahnya dan ikut bersama ibu kandungnya, namun Kara masih ragu untuk meninggalkan sang ayah sendirian.
Ya, kedua orangtua Kara sudah bercerai sejak Kara masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu hak asuh Kara diberikan kepada Besta karena ibu kandung Kara percaya ayahnya itu akan menjaga Kara dengan baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (COMPLETE)
Teen FictionKara kira menjadi Ketua Kelas adalah tugas yang sangat mudah. Sehingga ketika ada pemilihan Ketua Kelas ia mengajukan diri dengan percaya diri. Namun ia bersaing dengan Anka, cowok pinter yang katanya cinta sama matematika. Anka ingin menjadi Ketua...