Anka menempelkan plester di betisnya Kara yang terluka. Kedua remaja itu kini sedang berada di dalam uks yang sepi.
Saat Anka bertanya kaki Kara kenapa, Kara tidak menjawab, melainkan ia malah mengajak Anka untuk ikut pergi ke uks.
Anehnya Anka mau saja ikut dengan gadis itu, bahkan ia mengobati luka di betisnya Kara yang sedikit berdarah.
"Jadi," Anka bangkit berdiri, ia menatap Kara yang duduk di atas kasur uks untuk meminta penjelasan.
Kara menghela napas, ia kemudian menatap Anka yang berdiri di depannya.
"Tadi pagi, papa minum alkohol. Gue rebut botolnya, tapi papa marah, jadi... ya gitu. Botolnya jatuh, terus pecah. Kaki gue kena pecahan beling kayaknya." Cerita Kara.
Sebelumnya Kara tidak pernah menceritakan tentang hal yang dialaminya kepada orang lain, namun entah mengapa, Kara merasa Anka adalah orang yang tepat untuk tempat bercerita.
Kepada Anka, Kara bisa terbuka.
Anka menatap Kara lama, membuat Kara tersenyum.
"Gue udah biasa digituin. Dimarahin, dibentak sampai dipukul pun, gue udah biasa." Kata Kara, ia menunduk untuk menatap lukanya yang sudah terbalut plester.
"Gue baik aja-aja." Kata Kara meyakinkan, ia mendongak lagi untuk melihat reaksi Anka.
"Gue enggak tau, sekasar apa papa lo. Tapi, kalau lo butuh perlindungan, pintu rumah gue terbuka buat lo." Ucap Anka, matanya bertemu dengan manik mata Kara.
Disana, Anka menemukan luka yang Kara pendam. Sorot matanya menunjukkan jika Kara sedang tidak baik-baik saja.
Gadis itu terluka, namun ia selalu berusaha untuk bahagia.
"Kalau lo butuh temen cerita, gue siap buat dengerin lo. Pundak gue juga kosong." Anka melirik pundaknya sekilas.
Kara terkekeh , "lucu ya. Dari pertama masuk kelas 10. C, gue enggak pernah denger lo manggil nama gue." Kata Kara.
"Kara,"
"Apa?" Kara tersenyum geli kala Anka memanggil namanya tanpa ekspresi.
"Gue berasa beli santan kelapa."
Kara mendorong bahu Anka sambil tertawa, "sejak kapan lo receh, hah?"
Anka mengangkat bahunya, wajahnya kini menampilkan ekspresi lempeng. Cowok itu kemudian melirik arlojinya.
"Bentar lagi masuk. Ayo, ke kelas." Ajak cowok itu.
Kara pun mengangguk, akhirnya mereka berdua pun pergi dari ruang uks.
🌟🌟🌟
Keadaan kelas hening, bu Mesa yang merupakan guru bahasa Inggris sedang duduk santai sambil memainkan ponselnya.
Hari ini ia memberikan tugas kepada murid kelas 10. C untuk merangkum materi dari buku paket.
Kelas hening bukan dikarenakan mereka mengerjakan tugasnya, melainkan mereka sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Seperti Gita yang diam-diam menonton drama korea di ponselnya, ia memakai earphone yang beruntungnya tidak ketahuan oleh bu Mesa.
Lalu Dimas sedang terlelap dengan buku tulis yang menutupi kepalanya, Hito sedang menyusun penghapus dan pensil milik teman-temannya menjadi menara, Bagas sedang menulis quotes-quotes bucin di sebuah sticky note lalu ditempelken di punggung Karin yang duduk di hadapannya. Gadis itu sedang asik menatap wajahnya di cermin kecil miliknya sehingga tidak menyadari jika sudah banyak sticky note yang tertempel di punggung kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (COMPLETE)
Teen FictionKara kira menjadi Ketua Kelas adalah tugas yang sangat mudah. Sehingga ketika ada pemilihan Ketua Kelas ia mengajukan diri dengan percaya diri. Namun ia bersaing dengan Anka, cowok pinter yang katanya cinta sama matematika. Anka ingin menjadi Ketua...