"Kalian itu belum satu bulan bersekolah di SMA Mentari, tetapi sudah berani membuat masalah?!"
Seorang wanita paruh baya berkacamata tebal, menatap kelima murid bermasalah di depannya tidak habis fikir.
Kelima murid itu adalah Dimas, Rian, Kara, Mike dan Anka.
Sekarang mereka sedang berada di ruangan BK akibat perkelahian di koridor tadi.
"Semuanya salah Dimas!" Celetuk Rian yang duduk di samping Mike, dia menatap Dimas penuh dendam.
Dimas langsung menoleh, "jelas lo yang salah! Kalau enggak ngelapor keadaannya enggak bakal begini, bego!" Serunya marah.
"Sudah, sudah!" Lerai Bu Keri. Ia menatap para muridnya dengan tajam. "Pokoknya kalian semua tetap bersalah karena sudah membuat keributan di lingkungan sekolah! Jadi mau tidak mau kalian semua akan ibu hukum!" Tegasnya.
Bu Keri menatap kelima murid di depannya satu-persatu dengan tatapan setajam silet.
"Dimas, Ibu akan memanggil orangtua kamu ke sekolah karena kamu telah merokok di lingkungan sekolah." Ucap Bu Keri menatap Dimas.
Dimas mendengus, "orangtua saya sibuk."
Bu Keri mengambil sebuah surat dari dalam laci, "berikan kepada orangtuamu." Ujar Bu Keri tidak peduli.
Dimas menatap Bu Keri dengan malas, akhirnya ia pun menerima surat 'undangan' itu tanpa minat.
"Dan untuk hukuman kalian semua, sepulang sekolah nanti bersihkan taman dan lapangan yang ada di belakang sekolah sampai bersih."
🌟🌟🌟
Sesuai dengan perintah Bu Keri tadi, akhirnya Kara, Dimas dan Anka langsung pergi ke taman belakang sekolah untuk menjalani hukuman.
Selain ada taman, di belakang sekolah itu terdapat lapangan hijau yang cukup luas, dan di pinggir lapangan itu dipenuhi dedaunan yang berjatuhan dari pohon rindang yang kebetulan berada di pinggir lapangan.
Dimas melemparkan tasnya ke atas meja semen yang ada di taman, ia duduk dengan wajah yang masih kesal.
Anka duduk di kursi semen, sedangkan Kara masih berdiri untuk melihat sekitarnya.
"Sebenernya masalahnya apa?" Anka bertanya kepada Dimas yang duduk di hadapannya, membuat cowok yang wajahnya sedikit babak belur itu menatap Anka.
"Pas upacara gue ngerokok di toilet. Dan sialnya gue ketahuan sama bocah enggak tau diri dari kelas 10. A. Dan dengan bangsatnya tuh anak malah laporin gue ke Bu Keri." Jawab Dimas kesal, ia mengacak rambut gondrongnya frustasi.
Anka mendengus, "lo tuh bego. Udah tau ini lingkungan sekolah, kenapa malah ngerokok?" Ia bertanya tidak habis fikir.
"Ya, gue kira enggak bakal ketahuan lah,"
"Tapi tetep aja lo yang salah, ngerokok di lingkungan sekolah itu di larang! Lo baca aturan sekolah enggak sih?" Anka ikut kesal.
"Gak penting!"
"Segala baku hantam lagi di koridor, mau sok jago atau apa?" Anka memelototi Dimas.
Dimas balas melotot, "gue enggak terima lah, anjir! Dia siapa berani-beraninya laporin gue? Palingan cuman cari muka tuh anak bangsat!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (COMPLETE)
Teen FictionKara kira menjadi Ketua Kelas adalah tugas yang sangat mudah. Sehingga ketika ada pemilihan Ketua Kelas ia mengajukan diri dengan percaya diri. Namun ia bersaing dengan Anka, cowok pinter yang katanya cinta sama matematika. Anka ingin menjadi Ketua...