Sudah terhitung tiga hari Kara dan Dimas latihan menari untuk mengikuti lomba. Selama itu pula mereka merahasiakan rencana mereka yang akan mengikuti lomba dance tersebut.
Kara sepakat jika rencana mereka ini di rahasiakan, agar nantinya jika menang bisa dijadikan kejutan.
Disaat Kara sibuk berlatih menari bersama Dimas, Anka disibukkan dengan latihan olimpiade dan juga basket. Mereka sudah jarang pulang sekolah bersama karena kesibukan masing-masing, namun mereka sudah saling memahami sehingga itu tidak jadi masalah.
Lagipula, sekarang ini mereka sedang berjuang untuk mengharumkan nama sekolah terutama nama kelas.
Kelas 10. C tidak mau dianggap remeh lagi, mereka ingin membuktikan jika kelas mereka juga berisi murid-murid yang berprestasi.
Hari ini adalah hari senin. Hari dimana setiap sekolah melaksanakan upacara bendera. Sebenarnya upacara sudah selesai sejak lima menit yang lalu, namun protokol mengatakan jika semua murid SMA Mentari termasuk guru-guru jangan dulu membubarkan diri.
Berakhirlah sekarang mereka masih berdiri di lapangan yang cukup panas untuk mendengarkan pengumuman dari kesiswaan.
"Selamat pagi anak-anak! Bapak harap kalian masih bersemangat di pagi yang cerah ini. Bapak menahan kalian di lapangan bukan tanpa alasan. Hari ini bapak akan mengumumkan kabar gembira, yang dimana salah satu teman kalian telah membawa pulang medali emas dari perlombaan karate yang diadakan dua hari yang lalu."
Semua menyimak ucapan pak Jajang yang ada di atas panggung sana. Tak terkecuali kelas 10. C yang diam-diam melirik Ginan yang baris di tengah-tengah sedang tersenyum-senyum.
"Langsung saja, bapak akan panggilkan sang juara kita. Ginan Sebaskara dari kelas 10. C! Mari kita berikan tepuk tangan yang meriah untuk Ginan yang telah meraih juara satu di perlombaan karate tingkat Provinsi. Untuk Ginan dipersilahkan untuk naik ke atas panggung."
Pengumuman dari kesiswaan tersebut membuat semua orang yang ada di lapangan bertepuk tangan, termasuk kelas 10. C yang bertepuk tangan dengan heboh dan menatap Ginan dengan tatapan bangga.
Ginan dengan percaya dirinya langsung berjalan menuju panggung yang terbuat dari semen itu. Ia berdiri di samping kesiswaan dan siap untuk diberikan penghargaan.
"GINAN! SARANGHAE!" Teriak Jeni di tengah-tengah tepuk tangan para murid.
Ginan hanya bisa melambaikan tangannya dengan bangga.
"Gilaaa! Si Ginan baru pertama ikut lomba langsung nyabet emas." Hito berdecak kagum memandangi sahabat karibnya itu.
Di atas sana, Ginan sedang diberikan piagam penghargaan dan medali emas oleh kepala sekolah. Tepuk tangan langsung terdengar heboh lagi.
"Bukannya ada kelas 10. A yang ikut juga, ya? Apa dia kalah?" Tanya Gita kepada orang di sampingnya, Bagas.
Bagas mengedikkan bahunya, "mungkin. Bodo amat, yang penting murid kelas kita udah punya prestasi!"
🌟🌟🌟
"Kalian tau enggak? Pas gue di kalungin medali emas tadi, pak Galih bilang gini 'jangan bangga dulu, kelas kamu baru dapet satu'. Rasanya tuh, anjiiiiiiim banget!"
Ginan curhat, anak-anak kelas udah kerut-kerut kesel pengen nonjok kepala sekolah. Bisa-bisanya pak Galih bilang gitu.
"Emang dapet satu, tapi satu juga langsung emas." Seru Dimas yang duduk di kursinya, dia lagi nyalin pr ekonomi dari bukunya Hito.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (COMPLETE)
Teen FictionKara kira menjadi Ketua Kelas adalah tugas yang sangat mudah. Sehingga ketika ada pemilihan Ketua Kelas ia mengajukan diri dengan percaya diri. Namun ia bersaing dengan Anka, cowok pinter yang katanya cinta sama matematika. Anka ingin menjadi Ketua...