Keadaan kelas 10. C cukup damai pagi ini. Kelas mereka sedang jamkos, hal ini dikarenakan pak Irman yang harus mengajar sedang pergi mendampingi Anka yang mengikuti lomba olimpiade matematika.
Pak Irman hanya memberikan tugas yang dititipkan kepada guru piket. Tugas yang diberikan sudah di selesaikan oleh murid-murid kelas 10. C di satu jam pertama, sehingga tersisa satu jam lagi yang digunakan untuk bersantai ria.
Seperti Kara, saat ini dia sedang mengobrol asik bersama Jeni, Gita dan juga Karin. Mereka sedang membahas ulangan kenaikan kelas yang sebentar lagi akan dilaksanakan.
"Kira-kira pas kelas 11, kita satu kelas lagi enggak, ya?" Karin bertanya sambil berkaca, membenarkan poni barunya yang terlihat sedikit berantakan.
Gita mengangkat bahunya tanda tidak tahu, "kurang tau, tuh."
"Semoga aja enggak di pisah. Sumpah! Gue udah nyaman sama kalian, males banget kalau harus beradaptasi sama orang baru." Ujar Jeni yang sedang mengipasi lehernya menggunakan kipas tangan.
"Iyaaa, bener banget! Gue takutnya mereka enggak bisa nerima gue. Entar yang ada malah di kucilkan." Timpal Karin.
Kara mengangguk setuju, "iya, gue juga enggak mau kalau nyampe pisah kelas sama kalian. Soalnya kita tuh udah satu server." Ucapnya.
"Nah kan, iya! Pokoknya kalau nyampe pisah kelas kita harus protes lah." Sahut Gita yang duduk di depan mejanya Kara.
Kara, Karin, maupun Jeni mengangguk setuju.
"Enggak kerasa ya bentar lagi naik kelas. Pasti kalau kita satu kelas lagi, kita jadi kelas 11 IPS 3." Ucap Karin yang kali ini mengalihkan atensinya kepada tiga orang temannya yang duduk berdekatan.
"Wah, 11 IPS 3. Bentar lagi resmi deh jadi anak IPS." Sahut Gita senang.
Mereka berempat pun akhirnya larut ke dalam obrolan-obrolan ringan. Sampai akhirnya Bagas yang sebelumnya pergi ke luar kelas untuk ke toilet datang dengan rusuh.
"ANJIR, ANJIR! GUYS, GILA! GUE DAPET KABAR BURUK!!" Bagas berseru heboh membuat semua pasang mata mengalihkan atensinya ke seorang cowok berambut cepak yang baru saja masuk ke dalam kelas itu.
Tentu saja kedatangan Bagas yang cukup heboh membingungkan murid-murid kelas 10. C yang sedang bersantai ria menikmati jam kosong.
"Apa, Gas? Ada apa?!" Tanya Hito ikutan heboh.
Bagas mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum menyampaikan info terpanas yang baru saja ia dapat.
"Jadi, tadi gue ke toilet 'kan... terus pas mau balik gue lewat ruang guru, dan di ruang guru rame banget, guru-guru pada kumpul gitu di depan pintu. Gue penasaran 'kan, ya gue nguping lah tuh," jeda Bagas, "abis tuh gue denger dari salah satu guru, kalau kepala sekolah kita alias pak Galih yang terhormat HAMPIR ngelecehin siswi kelas 10. E!" Lanjutnya diakhiri dengan pelototan mata.
Hampir semua murid di kelas 10. C tercengang, mereka menatap Bagas tidak percaya.
"Heh! Jangan asal ngomong lo, Gas!" Seru Sekar yang tidak gampang percaya.
Bagas mengacungkan sebelah tangannya, "sumpah! Tadi gue denger gitu, katanya kejadiannya kemarin, terus nih ya kepala sekolah ngambil duit sekolah banyak banget! Daaaaan yang lebih parahnya, kepala sekolah kita kabur!"
"ANJIR GAS?! LO ENGGAK BOHONG 'KAN?!" Tanya Ginan melotot tidak percaya.
"Enggak! Gue enggak bohong, gue denger dari guru langsung. Dan asal kalian tahu, tadi ada polisi, anjir!" Seru Bagas makin heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (COMPLETE)
Fiksi RemajaKara kira menjadi Ketua Kelas adalah tugas yang sangat mudah. Sehingga ketika ada pemilihan Ketua Kelas ia mengajukan diri dengan percaya diri. Namun ia bersaing dengan Anka, cowok pinter yang katanya cinta sama matematika. Anka ingin menjadi Ketua...