"Ketua kelas 10. C, dipanggil ke ruang kepala sekolah sekarang."
Seruan itu berasal dari seorang gadis entah dari kelas apa. Dia langsung pergi begitu saja setelah memberitahukan hal itu di depan pintu kelas.
Keadaan kelas yang asalnya ribut mendadak hening. Kini semua pasang mata menatap ke arah Kara yang sedang mengobrol dengan Dimas.
Termasuk Anka, cowok itu ikut menolehkan kepalanya ke arah Kara.
Hari ini Anka dan Kara sudah masuk lagi ke sekolah. Dan sekarang Kara cukup terkejut karena tiba-tiba ia dipanggil oleh kepala sekolah.
Akhirnya gadis berkuncir kuda itu pun bangkit berdiri dan pergi sendiri.
Keadaan kelas pun hening. Jantung mereka kini mulai dag, dig, dug tidak karuan.
Pasti ini karena masalah kemarin.
"Gimana dong, Jen?" Tanya Gita kepada Jeni yang duduk di sampingnya.
Jeni menggelengkan kepalanya lesu, "gue enggak tau."
"Kara pasti kena, padahal dia enggak tau apa-apa." Ujar Ginan sedih sekaligus menyesal.
Anka yang mendengar percakapan itu mengedarkan pandangannya ke seisi kelas yang terdiam. Alis cowok itu terangkat satu. "Ini ada apa?" Tanyanya membuat seisi kelas tersentak.
Mendengar pertanyaan Anka, mereka semua terdiam, bingung harus menjawab apa dan mulai darimana.
Anka yang tidak kunjung mendapatkan jawaban pun menatap Bagas yang kebetulan sedang duduk di atas meja depannya.
Bagas mendadak gugup, "a-anu, Pih. Kemarin kita..."
Akhirnya Bagas menjelaskan semua kejadian kemarin kepada Anka. Hal itu membuat mata Anka melotot tidak percaya. Cowok itu kemudian menatap teman-teman satu kelasnya yang menunduk dengan tajam.
"Kalian apa-apaan, sih?!" Anka berseru marah.
"Maaf, Ka. Kita-"
"Jadi Kara 'kan yang kena! Padahal dia enggak tau apa-apa!" Potong Anka dengan kesal. "Bu Selpi pasti kena juga, astaga! Kalian ini," Anka mengusap rambutnya frustasi, ia tidak tahu harus berkata apa lagi.
Anka tidak habis fikir dengan tingkah teman-temannya ini. Ada saja kelakuan aneh yang mereka lakukan. Dan kali ini kepala sekolah mereka sendiri yang melihat kebobrokan murid-murid kelasnya.
Pantas saja Kara dipanggil. Mungkin bukan hanya ketua kelas, melainkan wali kelas mereka juga akan dipanggil oleh kepala sekolah.
🌟🌟🌟
"Tolong bu, ibu ini wali kelasnya 10. C, seharusnya ibu bisa mengendalikan anak-anak didiknya agar tidak berbuat hal-hal aneh seperti kemarin. Itu bisa mempermalukan citra sekolah. Apalagi kemarin ada pihak kepolisian dan juga koramil yang hadir untuk mengawasi."
Ucapan kepala sekolah membuat bu Selpi mengangguk patuh. Sedangkan Kara hanya bisa terdiam karena tidak mengetahui apa yang terjadi.
"Maaf pak, ini salah saya. Nanti saya akan menyampaikan nasehat kepada anak-anak kelas saya."
"Jangan hanya nasehat, harusnya ibu tegas. Kalau bisa ibu beri hukuman kepada mereka. Ini bukan sekali loh, anak-anak kelas ibu berbuat hal aneh, waktu itu ada yang laporan kalau salah satu murid ibu ada yang melawan guru, lalu ada yang merokok terus berantem, terus pake konser dadakan lagi di sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (COMPLETE)
Teen FictionKara kira menjadi Ketua Kelas adalah tugas yang sangat mudah. Sehingga ketika ada pemilihan Ketua Kelas ia mengajukan diri dengan percaya diri. Namun ia bersaing dengan Anka, cowok pinter yang katanya cinta sama matematika. Anka ingin menjadi Ketua...