Sudah satu minggu Kara berada di kelas 10. C. Sudah satu minggu pula ia menjabat sebagai ketua kelas yang menurutnya cukup merepotkan.
Ia selalu saja disuruh dan dinasehati oleh para guru agar bisa mengontrol teman-temannya agar patuh terhadap aturan.
Selama satu minggu ini, Kara pun mulai mengenal para teman satu kelasnya yang sulit sekali untuk taat terhadap aturan tersebut.
Ada Dimas Zayeno yang merupakan cowok gondrong penyuka kuaci. Dimas ini sering merokok dan melawan guru, selain itu dia juga sering terlambat masuk kelas dan bolos pelajaran.
Lalu ada Marjeni, Ginan Sebaskara dan Hito Ardian yang merupakan tiga serangkai. Mereka bertiga itu sahabatan. Jeni sebagai perempuan satu-satunya diantara mereka selalu dijaga oleh Ginan dan juga Hito, seolah-olah Jeni itu adalah adik mereka.
Jeni itu cukup manja, ia juga suka sekali mewarnai kuku-kuku cantiknya, hampir setiap hari kukunya berganti warna. Namun meskipun begitu, Jeni ini merupakan orang yang suka ceplas-ceplos dan asal jeplak kalau ngomong. Ia pun sering sekali memaki orang yang menurutnya menyebalkan.
Sedangkan Ginan dan Hito merupakan cowok yang mempunyai tingkat percaya diri yang sangat tinggi, dan mereka berdua itu seringkali melakukan hal-hal konyol di dalam kelas.
Kemudian ada Billy Sebastian, cowok berkacamata pecinta game online. Selama ada kesempatan ia akan terus bermain game, meskipun guru sedang menerangkan.
Selain Billy, ada juga Karina Salsa. Ia merupakan seorang gadis polos yang tidak bisa jauh-jauh dari yang namanya kaca. Kemana-mana barang yang wajib dibawanya itu adalah kaca. Saat pelajaran berlangsung pun, ia terus berkaca.
Jika orang yang selalu membawa kaca itu adalah Karin, maka yang selalu membawa kamera itu adalah Gita Andriani. Ia merupakan seorang youtuber, yang mempunyai tiga ratus ribu subscriber. Hampir setiap hari dia merekam segala aktivitasnya saat di kelas.
Selain itu, ada juga Sella. Seorang gadis berbadan ramping dan bermuka glowing. Pecinta skincare yang seringkali membawa alat-alat skincarenya itu ke dalam kelas.
Lalu ada Susi, si biduan kelas. Dia suka sekali menyanyi lagu dangdut membuat seisi kelas ikut bergoyang karena suara khasnya cukup bagus.
Ada juga Anka Gemilang. Cowok paling pintar dan sepertinya paling normal di dalam kelas. Ia merupakan satu-satunya murid kelas 10. C kesayangan para guru. Anka ini memiliki mulut yang sepedas cabai, ia tidak akan diam jika ada yang mengganggu ketenangannya, dan ia akan berkata sesuka hati jika sedang kesal. Selain itu Anka juga cukup sombong dan selalu merasa jika dirinya itu benar. Namun meskipun begitu, Anka ini mempunyai jiwa kebapaan yang cukup baik, karena sering menasehati teman-teman satu kelasnya—meskipun dengan kata-kata yang berbeda.
Seperti sekarang, cowok berahang tegas itu sedang menasehati sang ketua kelas.
"... kalau lo jadi ketua kelas itu harus bisa bertanggung jawab. Lo mesti bisa ngendaliin teman-teman sekelas lo, jangan sampai mereka berbuat hal-hal yang bikin guru pada males masuk kelas ini lagi. Barusan aja Bu Santi pergi gara-gara dicuekin. Emangnya lo mau dipanggil lagi ke ruang guru?" Anka menatap Kara yang duduk di bangku seberangnya, cowok itu menaikkan sebelah alisnya saat melihat Kara sedang menidurkan kepalanya di atas meja dengan tangan yang memegangi perut.
"Nanti, kalau guru manggil ketua kelas lagi. Wakilin dulu sama lo," Kara menatap Anka tanpa merubah posisinya.
"Males." Jawab Anka.
"Jangan males dong! Lo enggak liat apa? Gue lagi sakit perut! Hari ini gue lagi datang bulan, lagian lo itu wakil ketua kelas, gantiin gue dong kalau keadaanya darurat kayak gini!" Ujar Kara kesal, gadis itu sedang menahan rasa sakit yang mendera perutnya.
Maklum hari ini hari pertamanya dia PMS.
Ginan tiba-tiba datang, ia menepuk pundak Anka. "Bro, turutin aja apa maunya cewek yang lagi PMS, kalau enggak lo bisa di telen hidup-hidup. Lo enggak liat apa, wajah Kara sekarang lagi serem-seremnya." Bisiknya kepada Anka.
Otomatis Anka menatap Kara lagi, Ginan benar, hari ini Kara cukup menyeramkan. Rambutnya yang diuraikan acak-acakan, wajahnya pucat, matanya sayu.
Anka pun menoleh kepada Ginan, "thanks, sarannya." Ucapnya.
Ginan mengacungkan jempolnya, kemudian cowok itu pun berlalu pergi. Anka pun akhirnya memilih diam. Cowok itu membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas, karena bel pulang sudah berbunyi. Ia pun memakai jaket hitam miliknya karena di luar sedang berangin, dan hawanya cukup dingin.
Sedangkan Kara dengan malas-malasan menyimpan alat tulisnya ke dalam tas biru miliknya. Ia pun bangkit berdiri dan berjalan menuju keluar kelas.
Anka memperhatikan gadis itu. Mata tajamnya kemudian melihat sebuah noda merah berukuran sedang di belakang rok Kara. Cowok itu melotot, kemudian ia langsung bangkit berdiri. Dan dengan terburu-buru Anka pun menyusul Kara.
Sesampainya di depan pintu, ia mencari keberadaan Kara di antara para siswa yang berlalu lalang. Saat ditemukan, Anka berlari ke arah Kara yang sedang berjalan gontai di koridor.
Ketika sampai di dekat Kara, Anka berdiri tepat di belakang gadis itu untuk menghalangi penglihatan orang lain terhadap roknya.
Kara yang sedang berjalan itu merasakan kehadiran seseorang, membuat ia menoleh ke belakang dan ia langsung terperanjat kaget melihat kehadiran Anka.
"Ya ampun, Anka! Ngapain sih?" Tanya Kara heran.
Anka menoleh ke sana-kemari, cowok itu kemudian membuka jaket hitamnya, lalu mengikatnya di pinggang Kara untuk menutupi roknya yang bernoda itu.
Kara yang diperlakukan seperti itu kebingungan dan menatap Anka butuh penjelasan.
"Lo bocor." Bisik Anka membuat mata Kara membulat sempurna.
🌟🌟🌟
Ini Cast cerita ANKARA. Kalau dibayangan aku mereka itu cocok, tapi kalau kalian ngebayangin yang lain juga enggak pa-pa.
By the way, aku bakal buat cerita ini jadi santai. Sebagian diambil dari kisah pribadi sih. Konfliknya juga enggak bakalan berat kok, jadi kalian enjoy aja bacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (COMPLETE)
Teen FictionKara kira menjadi Ketua Kelas adalah tugas yang sangat mudah. Sehingga ketika ada pemilihan Ketua Kelas ia mengajukan diri dengan percaya diri. Namun ia bersaing dengan Anka, cowok pinter yang katanya cinta sama matematika. Anka ingin menjadi Ketua...