Semua murid di SMA Mentari sedang berkumpul di tengah lapangan. Mereka semua sedang mendengarkan pengumuman penting yang akan disampaikan oleh wakil kepala sekolah.
Yap, hari ini juga pemenang lomba kebersihan akan diumumkan secara langsung di lapangan SMA Mentari.
Jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, sehingga terik matahari mulai membakar kulit para murid yang sedang berkumpul di lapangan ini.
"... sesuai dengan kesepakatan juri, kami sudah menentukan pemenang lomba kebersihan untuk tahun ini. Sebenarnya hampir semua kelas mempunyai kelas yang bersih dan juga rapi, hanya saja ada banyak kelas yang kelasnya kurang indah. Bisa dibilang cukup kosong karena dindingnya tidak di hias." Jelas bu Dara di atas panggung yang terbuat dari semen.
Di panggung sana, tidak hanya ada bu Dara, melainkan ada juri-juri yang lain dan juga kepala sekolah yang sedang mengawasi.
"Ibu harap kalian terus memperhatikan kebersihan, tidak hanya di lingkungan kelas, melainkan di lingkungan sekolah dan juga rumah kalian."
"Hari ini ada tiga pemenang yang akan ibu umumkan. Seperti yang kalian ketahui, ini tidak ada unsur pilih kasih karena juri yang menilai bukanlah wali kelas. Jadi, ibu harap kalian bisa menerimanya dengan baik."
"Baiklah, ibu akan membacakan pemenang lomba kebersihan kelas mulai dari juara tiga,"
Bu Dara membuka sebuah kertas yang sedari tadi dipegangnya.
"Juara tiga dimenangkan oleh kelas...12 IPA 1. Silahkan perwakilannya untuk naik ke atas panggung. Dua orang ya, dikarenakan hadiahnya cukup banyak." Ujar bu Dara.
Barisan kelas 12 IPA 1 bersorak senang. Mereka terlihat bahagia karena mendapatkan juara ketiga. Kemudian perwakilan dua orang dari kelas mereka pun maju ke atas panggung.
Bu Dara pun melanjutkan, "juara dua dimenangkan oleh kelas... 10. A. Untuk perwakilannya silahkan naik ke atas panggung."
Kini barisan kelas 10. A yang bertepuk tangan heboh karena mendapatkan juara kedua. Mike dan Intan dengan bangga dan percaya diri pun akhirnya naik ke atas panggung.
"Nah, dan untuk juara satu dimenangkan oleh..." Bu Dara sengaja menggantungkan kalimatnya, menciptakan suasana tegang di lapangan ini. "Kelas... 10. C!"
Hening.
Barisan kelas 10. C terdiam, membuat semua pasang mata menatap ke arah barisan mereka dengan pandangan tidak percaya.
Termasuk kepala sekolah, ia sedang berdiri dan menatap barisan kelas 10. C dengan dahi yang mengernyit dalam.
"Bu Dara bilang apa tadi?" Tanya Hito sambil mengorek-ngorek telinganya, takut salah dengar.
"Kelas 10. C?" Karin menjawab tidak yakin.
"Perwakilan kelas 10. C dipersilahkan untuk naik ke atas panggung." Seru bu Dara membuyarkan lamunan anak-anak kelas 10. C yang sedang berpikir keras.
"DEMI APA KELAS KITA JUARA SATU?!" Teriak Jeni heboh.
Kini kelas 10. C mulai heboh sendiri, mereka lompat dan teriak-teriak kesenangan, membuat barisan mereka menjadi pusat perhatian.
"AMIH MAJU MIH! PIH TEMENIN, PIH!" Seru Bagas semangat.
Kara yang masih cukup syok menatap Anka yang sudah berdiri di sampingnya, "ini seriusan kita menang?" Tanyanya masih tidak percaya.
Anka tersenyum, "iya. Buruan maju, jangan bikin bu Dara nunggu." Ia pun menarik tangan Kara untuk naik ke atas panggung bersama.
Tentu saja hal itu mendapatkan teriakan heboh dari anak-anak kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (COMPLETE)
Novela JuvenilKara kira menjadi Ketua Kelas adalah tugas yang sangat mudah. Sehingga ketika ada pemilihan Ketua Kelas ia mengajukan diri dengan percaya diri. Namun ia bersaing dengan Anka, cowok pinter yang katanya cinta sama matematika. Anka ingin menjadi Ketua...