20 - Murid Baru

1.2K 277 5
                                    


Pagi-pagi, Kara sedang menari di depan ponselnya bersama Ginan dan Hito. Ketiga orang itu sedang asyik membuat video di belakang kelas.

Terkadang Kara mengomel karena Ginan dan Hito salah gerakan, membuat mereka harus membuat video secara berulang-ulang.

Anka masuk ke dalam kelas sambil memainkan ponselnya, cowok itu pun langsung duduk di kursinya dan memilih untuk memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Yang Anka lakukan sekarang adalah mengeluarkan buku paket Geografi dari dalam tasnya.

Seperti biasa, Anka adalah satu-satunya murid di kelas 10. C yang cinta banget sama buku.

Kapanpun dan dimanapun, jika ada waktu Anka pasti memilih untuk membaca buku. Menurutnya itu lebih bermanfaat dari pada harus membuang-buang waktu untuk membuat video tidak jelas seperti Kara dan kedua temannya lakukan.

Anka merupakan tipe murid yang rajin membaca buku, sehingga ia mempunyai pengetahuan yang cukup luas. Anka selalu menjadi murid kesayangan guru, karena selalu bisa diandalkan ketika ada pertanyaan di dalam kelas.

Anka itu pintar dan juga cerdas.

Di dalam kelas, cowok itu selalu menjadi buronan teman-temannya saat ada tugas.

"Mas, kaki lo kenapa?" 

Pertanyaan Gita membuat semua pasang mata—termasuk Anka—menatap ke arah Dimas yang baru saja datang dengan kaki terpincang.

"Jatuh dari motor gue." Curhatnya.

"Kok bisa?" Celetuk Karin.

Dimas menatap Karin malas, "ya bisa lah, namanya juga musibah."

Kara mendekat ke arah Dimas dengan khawatir, "udah diobatin?" Tanyanya.

Dimas tersenyum lalu mengangguk, "udah."

"Kok lo senyum?" Pertanyaan Karin membuat Dimas menatapnya lagi.

"Masa gue harus mesem, Rin?"

"Maksud gue, senyum lo kayak bahagia gitu dapet musibah jatuh dari motor." Celetuk Karin dan mulai berkaca ke kaca yang sedang dipegangnya.

Kara menahan tawa, ia kemudian menatap Dimas yang berdiri di depannya sedang menampilkan ekspresi masam.

"Kaki gue tadi diobatin sama cecan, makanya gue seneng." Ucap Dimas akhirnya.

"Bukannya hari ini, lo ada seleksi futsal ya, Mas?" Tanya Hito yang sudah duduk di kursinya.

Dimas mengangguk, "iya. Terus kenapa?"

"Lo yakin bakalan lolos dengan keadaan kaki kayak gitu?" Ginan menatap Dimas meragukan.

"Lo ngedoain gue enggak lolos, ya?" Tuduh Dimas curiga. Mata sipitnya memicing.

Ginan mendengus, "enggak boleh suudzon, nanti di kasih hadiah neraka."

Dimas memelototi Ginan, membuat cowok itu tertawa kecil.

"Lo beneran ada seleksi hari ini?" Tanya Kara memastikan.

Dimas mengangguk, "iya. Enggak usah khawatir buketu, gue kuat kok."

"Hilih, sok kuat." Celetuk Hito, "mending lo enggak usah ikutan. Sedih gue kalau nanti liat kaki lo di amputansi, Mas."

Dimas segera menghampiri Hito dan menjitak kepala cowok itu dengan kesal, "lo kalau ngomong suka sekate-kate lu ya, minta gue tebas pala lo, hah?"

Hito meringis, "ampun, Mas!"

"Bener kata Hito, Mas. Mending enggak usah ikutan. Gue takut kaki lo nanti kenapa-napa." Ujar Kara membuat Dimas menatapnya.

Dimas tersenyum penuh arti, ia kemudian menggandeng tangan Kara begitu saja, "buketu gue perhatian banget. Jadi sayang." Ujarnya membuat Gita yang baru saja datang menghantam kepala Dimas menggunakan buku tulis yang sedang dipegangnya.

"Jangan modus lo sama buketu kita!" Celetuk Gita.

Dimas meringis, ia menatap Gita kesal.

"Lo jangan ikutan, ya?" Pinta Kara.

Dimas menggeleng, "enggak bisa, Ra. Ini penting banget soalnya. Gue pengen masuk tim inti futsal, dan caranya cuman ikut seleksi ini. Lo tenang aja, kaki gue enggak parah kok, kan tadi udah disembuhin sama cecan di uks." Tutur Dimas membuat Kara menatapnya ragu.

"Lo yakin?"

Dimas mengangguk, "iyaaa..."

"Ya udah, gue cuman bisa doain biar lolos seleksi." Putus Kara akhirnya.

Dimas yang mendapati restu dari buketunya itu tersenyum senang, ia mengeratkan gandengannya kepada tangan Kara membuat Anka yang sedari tadi memperhatikan mendengus malas.

🌟🌟🌟


Kelas 10. C kedatangan murid baru. Mereka tahu ketika bu Selpi datang bersama seorang cowok yang kini sedang tersenyum manis di depan kelas.

Keadaan kelas hening, mereka sibuk memperhatikan murid baru di depan kelas itu dengan penasaran.

"Anak-anak yang ibu sayangi dan banggakan. Hari ini kalian akan mendapatkan teman baru. Dia pindahan dari Purwakarta. Untuk namanya, silahkan perkenalkan diri." Ucap bu Selpi kepada seorang murid baru di sampingnya.

Cowok berseragam rapi itu maju satu langkah ke depan, kemudian ia tersenyum membuat para siswi memekik tertahan.

"Hallo guys! Nama gue Bagas Alian. Cita-cita gue masuk kedinasan. Gue harap kita bisa berteman." Cowok bernama Bagas memperkenalkan diri dengan percaya diri.

"Hai, Bagas!" Sapa para murid.

Bagas melambaikan tangannya, masih dengan senyuman manisnya, dia pun mengedipkan sebelah matanya.

Bu Selpi tersenyum, "kamu duduk di samping Kara, ya. Di bangku kosong itu." Ujar bu Selpi sambil menunjuk kuris kosong di samping kiri Kara, membuat Bagas menganggukkan kepala.

Akhirnya cowok itu pun berjalan menuju bangku yang terletak paling belakang dan mendaratkan bokongnya disana.

Bagas tersenyum kepada Kara, yang Kara balas dengan senyuman hangat.

"Nah, Bagas. Kalau kamu ada kesulitan, kamu bisa meminta tolong kepada ketua kelas kita. Kara Gandari, yang duduk di samping kamu." Ujar bu Selpi.

Bagas mengangguk, kemudian ia menoleh ke arah Kara dan menyodorkan tangannya untuk berkenalan.

"Gue Bagas,"

Kara menerima jabatan tangan itu, maniknya menatap manik mata Bagas.

"Gue Kara. Salam kenal ya, Bagas. Semoga betah di kelas 10. C."



🌟🌟🌟



Jangan lupa vomment, ya!

ANKARA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang