25 - Rusuh

1.2K 265 33
                                    


Keesokan harinya, kelas 10. C mendapat kabar jika mereka dipindahkan dari kelas lantai tiga ke bekas lab Biologi yang ada di lantai dasar.

Rombongan kelas 10. C akhirnya pindah kelas dikarenakan kejadian kemarin yang di mana kelasnya bocor karena hujan.

Katanya kelasnya akan diperbaiki terlebih dahulu, dan selama itu, untuk sementara mereka tinggal di bekas lab Biologi yang kebetulan sudah tidak digunakan lagi, karena sudah ada lab yang baru.

"Ini kita anak IPS nyasar ke lab anak IPA." Celetuk Ginan saat menuruni anak tangga.

"Kita 'kan spesial. Anak IPS rasa anak IPA." Seru Gita.

Gadis itu berjalan paling depan bersama Karin. Mereka pun akhirnya sampai di depan lab Biologi lebih dulu.

Karin membuka pintu lab yang tidak dikunci, dan gadis itu terlihat takjub melihat keadaan kelasnya.

Di dalamnya cukup luas, sangat bersih dan juga rapih. Terdapat kursi yang disusun rapih, ada ac, ada tempelan-tempelan mengenai anatomi tubuh dan bagian-bagian dari tumbuhan, lalu ada tiga wastafel yang berjajar di sayap kiri.

Letak lab Biologi berada di lantai dasar. Jendela bagian kanan menampilkan pemandangan lapagan basket, dan jendela bagian kiri menampilkan pemandangan lapangan bola hijau luas yang terletak di belakang gedung ini.

Karin memilih duduk di dekat jendela yang berada di dekat wastafel, yang dimana jendelanya menampilkan pemandangan lapangan hijau.

Dikarenakan mejanya cukup untuk ditempati oleh dua orang, sehingga Karin duduk bersama Gita.

"ANJIR KELAS VIP!"

"WAH GILA, BISA MANDI DI KELAS INI MAH!"

Jeni menggeplak kepala Hito yang berdiri di sebelahnya, "ya kali lo mau bugil di depan anak-anak." Ujarnya malas.

"DIMAS! LO DUDUK SAMA GUE YA!" Bagas berteriak semangat saat melihat Dimas baru saja masuk ke dalam lab—lebih tepatnya lab yang dijadikan kelas.

Dimas menoleh ke arah Bagas yang nyengir lebar, ia menatap Bagas jijik sekaligus ngeri.

"Males ah, lo bau jigong." Celetuk Dimas membuyarkan cengiran Bagas.

"BIADAB LO YA SAMA TEMEN!"

"BODO AMAT! LO BUKAN TEMEN GUE!"

"MAU GUE BOTAKIN TUH RAMBUT GONDRONG KEBANGGAAN LO?"

"GUE SUNAT LAGI MAU LO?!"

"BERISIK LAGI GUE KAWININ LO BERDUA!" Seru Jeni kesal, ia sakit telinga mendengar teriakan Bagas dan Dimas yang saling menyahut.

"NAJIS!" Balas Dimas dan Bagas secara bersamaan.

Akhirnya Dimas pun duduk bersama Ginan, dan Bagas duduk bersama Billy, sedangkan Hito sendirian. Mungkin ia akan duduk dengan Anka jika cowok itu ada.

"EH IYA!"

"APA LAGI?!"

Ini kelas kenapa malah jadi berisik ya? Kenapa anak-anaknya pada ngegas? Padahalkan mereka satu ruangan.

"Anka sama Kara enggak sekolah?" Tanya Karin penasaran. Pasalnya ia tidak melihat buketu dan waketunya kelas 10. C.

"Lah iya. Amih, Apih kita kemana,  gengs?" Kini Bagas yang bertanya.

"Kok Amih, Apih sih? Emangnya mereka ortu lo?" Tanya Billy heran.

Bagas berdehem, "mohon maaf, Kara sama Anka itu ibarat Emak sama Bapaknya kelas 10. C, udah cocok mereka tuh jadi sesepuh. Makin cocok kalau dipanggil Amih sama Apih, panggilan kesayangan kita sebagai anak-anaknya." Tutur Bagas sambil menepuk-nepuk dadanya, bangga.

ANKARA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang