Ketika bel pulang sekolah berbunyi, Dimas menghampiri Kara yang sedang membereskan alat tulis di bangkunya. Cowok gondrong bermata sipit itu kemudian duduk di kursinya Anka yang kosong.
"Bu, ayo kita latihan!" Ajak cowok itu semangat.
Kara menoleh, kemudian ia meresleting tasnya. "Latihan di mana, nih?" Tanyanya.
"Studio dance deket sekolah. Temen gue udah otw ke sana. Nanti dia yang bakal ngajarin lo dan bikinin kita koreografi." Jelas Dimas sambil menyisir rambut gondrongnya ke belakang menggunakan jarinya yang panjang. "Dia jago soalnya, apalagi masalah koreografi... beuh! Jenius deh pokoknya." Sambungnya.
Kara pun manggut-manggut sambil terkekeh. Gadis berkuncir kuda itu akhirnya menyampirkan tas putih tulangnya ke pundak, "yuk!"
🌟🌟🌟
"Hai, gue Grizella. Panggil aja Zella."
Seorang gadis cantik sepantaran Kara menyodorkan tangannya sambil tersenyum hangat. Tentu saja Kara langsung membalas jabatan tangan gadis bernama Zella tersebut.
"Gue Kara, salam kenal." Balas Kara dengan senyuman ramah.
"Lo sekelas sama Dimas, ya?" Tanya Zella yang kali ini melepaskan jabatan tangannya.
Kara mengangguk sebagai jawaban, "iya, kita satu kelas. Lo sendiri, kelas apa Zell?"
"Gue kelas 10. E."
Kepala Kara manggut-manggut lagi. Kini terjadi keheningan di antara dua orang gadis cantik yang sudah berdiri di depan studio dance.
Mereka berdua sedang menunggu Dimas yang pergi ke Indomaret depan. Katanya cowok itu akan membeli cemilan untuk menemani latihan.
"Btw, lo jangan sungkan ya sama gue! Kata Dimas lo sama dia mau ikutan lomba 'kan, ya?" Tanya Zella memecahkan keheningan.
Kara tertawa canggung, "iya, Dimas sih yang ngajak. Padahal gue enggak bisa nari." Cengirnya.
"Jangan gitu, kalau latihan terus nanti pasti bisa kok. Terus kalau udah bisa, rasanya pasti seru banget, terus badan tuh jadi pengen digerakin mulu nantinya." Tutur Zella sambil terkekeh membuat Kara memperhatikannya.
"Lo suka dance dari kapan?" Tanya Kara akhirnya.
"Dari SD. Pas kelas enam gue suka dengerin musik dan nari-nari gitu. Sampai akhirnya gue suka liat video dance cover yang bikin gue jadi pengen bisa nari juga. Pas gue belajar, ternyata ada kesenangan dan kepuasan tersendiri." Tutur Zella sambil tersenyum, "ah, abang gue juga bisaan narinya. Kadang gue diajarin sama dia. Soalnya dia masuk klub dance." Lanjutnya.
Kara menganggukkan kepalanya ketika mendengar cerita Zella. Dari ceritanya Zella, Kara bisa menyimpulkan jika gadis di depannya ini sudah mempunyai pengalaman menari yang cukup lama.
Sehingga tidak diragukan lagi jika Dimas memilih Zella. Selain jago dalam hal menari, Zella juga jago dalam membuat koreografi. Kata Dimas, Zella menguasai segala jenis tarian. Dari mulai tarian tradisional sampai tarian modern.
"Heh! Kenapa enggak masuk? Padahal studionya udah gue sewa loh, di dalem sepi." Celetukan tiba-tiba itu membuat Kara maupun Zella menolehkan kepala ke belakang, di sana berdiri Dimas yang sedang memegangi satu kantong plastik Indomaret besar dan satu tangannya memegang satu cup minuman yang Kara yakini adalah Ice Americano.
"Nungguin lo, Dim. Lama amat, si." Omel Zella membuat cowok bermata sipit itu nyengir.
"Ngantri dulu tadi di kasir, udah yuk masuk!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (COMPLETE)
Teen FictionKara kira menjadi Ketua Kelas adalah tugas yang sangat mudah. Sehingga ketika ada pemilihan Ketua Kelas ia mengajukan diri dengan percaya diri. Namun ia bersaing dengan Anka, cowok pinter yang katanya cinta sama matematika. Anka ingin menjadi Ketua...