42 - Malam Minggu

1.1K 241 8
                                    







Malam minggu emang paling asik dipakai untuk jalan-jalan sama pasangan. Hal itu juga berlaku bagi pasangan baru kita, siapa lagi kalau bukan Anka dan Kara. Dua sejoli yang sudah satu minggu menjalin status pacaran.

Tetapi malam ini, mereka berdua tidak pergi jalan-jalan ke kota, nongkrong di cafe atau keliling-keliling di mall. Anka dan Kara memilih untuk menghabiskan malam minggu mereka dengan cara sepedaan di sekitaran komplek.

Setiap malem minggu, komplek Pelangi pasti rame, apalagi di deket danau. Banyak keluarga dan juga pasangan yang menghabiskan waktu di sana. Entah itu jalan-jalan untuk cari jajanan atau sepedaan malam-malam.

Anka menuntun sepeda milik Kara, jadi mereka itu satu sepeda berdua, boncengan di sepedanya Kara.

Saat ini sepedanya dituntun karena mereka sudah berada di jalanan yang lebarnya tiga meter di pinggir danau. Tidak hanya ada mereka berdua, tetapi di sana pun sudah banyak orang, apalagi tukang jualan.

Anka memilih untuk berhenti di sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu. Cowok itu menyimpan sepedanya di samping kursi, kemudian menatap Kara yang sedang memandangi sekitarnya.

Di sekitar sini tidak gelap, melainkan cukup terang karena terdapat banyak lampu taman. Sehingga Anka bisa melihat wajah cantik Kara dengan jelas.

Anka mengusap wajah Kara menggunakan tangannya, "jangan ngelamun, kalau lo kesurupan bisa repot." Peringatnya.

Kepala Kara langsung menoleh ke arah Anka, ia menatap cowok berhoodie hitam itu yang sedang menatapnya. "Tangan lo itu kotor.  Bisa-bisanya megang muka gue." Omel Kara sebal, bibirnya mengerucut.

Sebuah tepukan pelan Kara dapatkan di puncak kepalanya, pelakunya siapa lagi kalau bukan Anka. "Lo duduk di sini, gue mau beli makanan." Katanya.

Kara menurut, gadis itu kemudian duduk di kursi tadi. Memandangi air danau di depannya yang terlihat tenang. Pantulan bulan sabit terlihat sangat jelas di danau sana, membuat kesan indah bagi yang melihatnya.

Beberapa menit kemudian, Anka datang. Cowok itu duduk di samping Kara yang sedang memperhatikannya.

"Gue beli kebab, makan ya." Anka menyodorkan sebuah makanan bernama kebab kepada Kara, tentu saja Kara terima sambil mengucapkan terima kasih.

Kini mereka sama-sama diam, menikmati suasana malam yang tidak terlalu dingin dan juga pemandangan danau yang ada di depan.

Sampai akhirnya, Anka membuka suara, membuat kunyahan Kara memelan. "Lo nyaman enggak pacaran sama gue?"

Kara menelan makanannya, ia kemudian menoleh ke arah Anka yang pandangannya masih fokus ke depan sana.

"Kenapa lo nanya gitu?"

Jujur saja, Kara cukup terkejut dengan pertanyaan Anka yang tiba-tiba.

Masih dengan pandangan ke depan, Anka menjawab, "gue cuman takut lo enggak nyaman sama gue. Soalnya gue enggak bisa romantis kayak cowok lain."

Kara mendengus geli, tanpa sadar ia melengkungkan sebuah senyuman. Ia tepuk paha Anka, membuat cowok yang duduk di sampingnya itu menoleh.

"Anka, gue suka sama lo yang apa adanya. Gue enggak masalah kalau lo romantis atau enggak. Karena di sini, tujuan gue pacaran sama lo itu bukan buat menikmati keromantisannya, tapi gue pengen menikmati kebersamaannya."

"Gue malahan seneng karena gaya pacaran kita itu beda. Kita enggak pake sayang-sayangan, kita enggak harus telponan atau chattingan, kita juga enggak harus sering-seringan ngasih kabar, hal itu karena menurut gue enggak penting. Yang terpenting di dalam sebuah hubungan itu adalah kepercayaan dan saling ada disaat kita membutuhkan. Gue pengen, pacaran itu menjadi sebuah penyemangat bukan jadi sebuah beban. Kita bawa santai aja hubungan kita, gue enggak mau pacaran yang terlalu rumit." Tutur Kara panjang lebar.

ANKARA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang