Sudah satu minggu sejak kasus kepala sekolah SMA Mentari terungkap. Akhirnya pak Galih tertangkap oleh polisi, sehingga ia dan keluarga tidak sempat untuk kabur.
Hal ini tentu saja karena keterlibatan Anka dan Kara yang berhasil mengikuti pak Galih. Jika tidak, mungkin pihak sekolah dan polisi akan terlambat untuk menemukan pak Galih yang berniat akan pergi ke luar negeri.
Kepala sekolah SMA Mentari tentu saja akan digantikan oleh yang baru.
Meskipun ada kasus tidak terduga yang dialami oleh SMA Mentari--sehingga hal itu cukup mencoreng nama sekolah--tetapi kegiatan belajar mengajar tentu saja di lanjutkan.
Tepat hari ini Ulangan Kenaikan Kelas dilaksanakan.
Kelas 10. C dipisah menjadi dua ruangan, ada yang di ruangan nomor 5 dan ada yang di ruangan nomor 6.
Anka dan Kara berpisah karena absen yang saling berjauhan. Anka berada di ruang 5 sedangkan Kara berada di ruangan 6.
Tetapi meskipun begitu mereka menghapalkan dan memahami materi bersama-sama di depan kelas, karena kebetulan ruangan mereka saling bersebelahan.
Seperti sekarang, Anka dan Kara duduk di sebuah kursi besi dengan buku masing-masing. Tidak hanya Anka dan Kara, tetapi di sana juga ada teman-teman sekelasnya.
"Sejarah mah kebanyakan tanggal sama tahun, anjir! Pusing!" Keluh Ginan sambil membuka-buka buku catatannya tidak nafsu.
Billy yang berdiri di sebelahnya mengangguk setuju, "saking banyaknya, pas ngisi bisa ketuker." Timpalnya.
"Kapan Ir. Soekarno dilahirkan? Lah entar malah di jawab 17 Agustus 1945." Celetuk Hito.
Yang lain ngakak.
"Bego." Desis Ginan.
"Itu mah hari kemerdekaan!" Ujar Gita sambil tertawa.
"Nih, cara biar tulisan lo nempel di otak." Dimas berujar, ia kemudian membuka buku catatannya, cowok berambut gondrong itu kemudian menempelkan buku yang terbuka tersebut ke atas kepalanya. "Nempel, nempel, nempel!" Ucapnya sambil memejamkan mata.
Hito memukul perut Dimas menggunakan gulungan buku tulisnya, "bego!" Ujarnya sambil ngakak.
"Mana bisa gitu, anjir!" Sahut Bagas.
"Sejarah mah, nyontek ajalah ke Jeni, dia 'kan jago." Celetuk Ginan sambil menatap Jeni yang sedang duduk santai di samping Kara sambil mengunyah permen karet.
Jeni tersenyum, "iye, nanti gue teriakin dari ruang 6 ke ruang 5 'NAN NOMOR LIMA ISINYA E' gitu."
Yang lain ngakak lagi, "ya kali Jen, ada-ada aja." Ujar Kara sambil geleng-geleng kepala tidak habis pikir.
"Yang ada lo langsung di depak dari ruangan, Jen." Kata Bagas.
Anka terkekeh mendengar percakapan teman-teman sekelasnya itu, ia kemudian melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Bentar lagi bel. Ayok, masuk ruangan!" Ajaknya sambil bangkit berdiri.
Akhirnya mereka pun membubarkan diri, memilih untuk masuk ke ruangan masing-masing karena bel sebentar lagi berbunyi.
🌟🌟🌟
"Ini undangannya, tolong datang ya nanti!"
Kara dan Dimas membagikan undangan kepada teman dekat mereka. Sekarang ini mereka sedang berada di kantin yang cukup ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKARA (COMPLETE)
Teen FictionKara kira menjadi Ketua Kelas adalah tugas yang sangat mudah. Sehingga ketika ada pemilihan Ketua Kelas ia mengajukan diri dengan percaya diri. Namun ia bersaing dengan Anka, cowok pinter yang katanya cinta sama matematika. Anka ingin menjadi Ketua...