Suara burung-burung begitu merdu terdengar di telingaku, pertanda jika pagi sudah mulai menjelang. Tanganku sudah melayang-layang di udara, mencari-cari benda persegi panjang yang mengeluarkan bunyi merdu suara burung itu. Ya, aku memasang bunyi burung di handphone-ku sebagai alarm di pagi hari.
Keningku mengerut, ketika bunyi alarm tiba-tiba saja mati sebelum tanganku berhasil mematikannya.
"Bebii, aku pergi ke kantor ya."
Suara merdu pria sipitku berhasil membuat kedua retina mataku terbuka perlahan.
"Papii memang ada pekerjaan hari ini?" Tanyaku sambil merapatkan kepalaku dengan kepala mungil putraku.
Putra? Apa aku sudah punya anak? Ya, tentu, kalian tidak lupa kan jika aku baru saja melahirkan seorang putra enam bulan lalu, dan jagoan kecil itu bernama Bupha Alisa Bubu?
Aku menciumi wangi harum bayi yang menguar sedap dari sekujur tubuh anakku itu. Mencium wangi Bubu di pagi hari adalah rutinitas baruku semenjak si mungil lahir ke dunia.
"Khap, Gun Atthaphan sayang" ucap Papii sembari mengecup keningku, lalu setelah itu kembali merapikan jam di pergelangan tangannya
Papii pagi ini terlihat sederhana, namun begitu tampan. Tubuhnya terbalut T-shirt putih dan jeans pudar. Ah, meskipun sudah menjadi bapak-bapak, Papii tetap saja tampan seperti bujangan yang belum memiliki anak.
"Papii, ingin sarapan apa?" Tanyaku sembari mendudukkan tubuh perlahan agar Bubu tidak terusik
Papii tidak menjawab, ia hanya menggeleng saja, lalu menciumi seluruh wajah mungil Bubu, membuat yang dicium mulai merengek, tanda jika ia tidak nyaman dengan ulah jahil Papii-nya itu.
Aku hanya bisa tersenyum saja melihat kelakuannya, indah rasanya bisa melihat moment kebersamaan mereka setiap hari. Bubu benar-benar menjadi magnet bagiku dan juga Papii, ia menjadi peredam amarahku dan Papii jika kami sudah mulai saling berbeda pendapat, Bubu juga menjadi mainan baru untuk kami dan orang-orang di sekitar kami, ia seperti seorang dewa yang selalu menyejukkan hati para umatnya jika berada di dekatnya.
"Selamat pagi pangeran kecil." Sapa Papii ketika Bubu sudah mengerjap-ngerjapkan matanya dengan wajah yang begitu menggemaskan
Bubu menatap Papii beberapa saat dengan tatapan polos tanpa berkedipnya, lalu kemudian barulah seutas senyum lebar terukir di wajah imutnya. Seperti anak-anak bayi kebanyakan, di umurnya yang menginjak enam bulan, Bubu sedang aktif-aktifnya menggerakkan seluruh anggota tubuhnya, bahkan saat tidur pun ia tidak bisa diam, tidurnya seperti jarum jam yang berputar ke sana-kemari membuatku harus sangat ekstra menjaganya dengan tumpukan bantal dan guling yang mengelilingi area tidurnya agar ia tidak terjatuh, menggelinding ke lantai. Bukan hanya itu saja, Bubu juga sudah menjelma menjadi si burung kakak tua kalau kata Mae Godji, karena kelakuannya yang selalu berisik mengeluarkan suara-suara aneh yang hanya bisa dimengerti oleh kalangan bayi saja. Semua kelakuan Bubu itu membuat orang-orang di sekitar kami selalu gemas dibuatnya, ah aku kini baru paham betapa nikmatnya memiliki seorang bayi.
Papii dan Bubu kini sudah melupakan kehadiranku sepertinya, mereka asik bercanda berdua saja, Papii menciumi sekujur tubuh Bubu yang tertawa kegelian karena ulahnya itu. Jika sudah bersama Papii-nya, Bubu akan melupakan kehadiran Papa-nya ini, ia bahkan lebih suka bermain dan bercengkrama dengan Papii jika Papii sedang berada di rumah. Aku kadang cemburu, jika Bubu sedang bermain dengan Papii, dan ketika itulah Papii akan meledekku. Seperti saat ini, aku cemburu dengan keduanya, biasanya Bubu jika baru bangun tidur akan mencariku, karena ingin nenen, tapi coba sekarang ia bahkan tidak menangis sama sekali saat Papii mengganggu tidurnya.
"Papii~ katanya ingin bekerja, sana gih cepat pergi." Ucapku sedikit ketus sembari mem-pout-kan bibirku
Papii menghentikan aktivitasnya bermain dengan Bubu, menatapku dengan wajah tengilnya yang super menyebalkan, wajah itu sangat jelas sedang meledekku.
KAMU SEDANG MEMBACA
OffGun [MPREG]
Short StoryTAMAT... Cerita ini merupakan kisah tentang pasangan Off Jumpol dan Gun Atthaphan yang dianugrahi seorang bayi, namun perjalanan Gun untuk mendapatkan seorang bayi tidak semudah membalikan telapak tangan, seperti apakah perjuangan Gun, dan seperti a...