Bagian Tiga Puluh Satu

7.9K 463 42
                                    

Gemericik air keluar dari dalam lubang shower, semburan airnya membasahi setiap inci tubuh mulus seorang pria yang sedang menggosok-gosok tubuh indahnya itu di bawah cucuran air dingin yang menusuk-nusuk kulit lembutnya tersebut.

Pukul berapa ini? Kenapa air di kamar mandi sudah menyala? Padahal matahari saja masih enggan keluar dari balik langit yang masih gelap gulita.

Di hari yang masih sepagi ini pria mungil masih asik membasuh tubuh sexy-ny tidaka dengan guyuran air dingin yang membuat bibir tebalnya menggigil karena kedinginan.

"Ouhhh Bubu, apa kau kedinginan sayang? Kenapa kau bergerak terus dari tadi hmmm?"

Pria mungil itu menundukkan wajahnya ke arah perut membuncitnya, mengelusnya lembut seolah sedang mengajak nyawa kecil di dalam perutnya berbicara.

Cukup lama pria mungil itu mengelus perutnya di bawah kucuran air yang dinginnya bukan main. Merasa tubuhnya sudah tidak kuat menahan dingin, akhirnya pria mungil itu mematikan shower, lalu mengeringkan tubuhnya dengan tangan yang mengikis air di seluruh permukaan kulit kenyalnya. Setelah itu barulah ia mengambil baju mandi yang terkait di sebrang tempatnya berdiri, melilit tali yang menggantung di pinggangnya untuk merekatkan baju mandi yang ia kenakan. Barulah kemudian dirinya keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah dan tubuh segarnya.

Pria mungil itu melirik sekilas ke arah jam dinding yang baru menunjukan pukul lima pagi, lalu setelah itu matanya kini tertuju pada gundukan besar yang berada di atas ranjang king size di kamar itu.

Pria mungil itu tersenyum lebar memperlihatkan lesung pipinya, lalu berjalan mendekati gundukan di balik selimut biru tersebut. Ia duduk di pinggir ranjang, tangan lentiknya menyingkap ujung selimut untuk membukanya.

Cup

Satu ciuman di kening mendarat sempurna.

Cup

Satu ciuman di hidung juga mendarat mulus.

Cup

Satu lagi ciuman berhasil mendarat indah di bibir tipis milik pria sipit yang ada di balik selimut itu.

Sudah tiga ciuman pria mungil itu daratkan, tapi si sipit rupanya masih asik terlelap, bahkan ciuman-ciuman yang mendarat di wajahnya tidak membuat tidurnya terusik sama sekali.

Si mungil mengerucutkan bibir ranumnya, lalu kembali mencium wajah si sipit dengan gerakan cepat, menciumnya bertubi-tubi, ia berharap dengan cara itu si sipit akan segera membuka mata sipitnya itu.

"Eunghhh Bebii~"

Pria mungil itu tersenyum lebar, rencananya akhirnya berhasil. Si sipit akhirnya mulai menggeliat dari dalam selimut, dan itu tandanya akan segera terbangun dari tidurnya.

"Papii~ ayok bangun Papii~ kita kan ingin syuting perdana TOL papii~"

Si mungil alias a.k.a Gun mengguncang pelan tubuh suaminya, mencoba membangunkan sang suami yang tidak kunjung membuka mata sipitnya itu.

"Jam berapa sekarang?" Gumam si sipit alias Off Jumpol dengan mata yang masih terpejam

"Jam lima"

"Aishhhh masih pagi Bebii~ bangunkan aku lagi nanti jam enam"

Off kembali menarik selimut yang tadi telah dibuka setengah oleh Gun. Ia kembali menutupi wajahnya dengan selimut tebal itu.

Gun mendengus kesal di samping Off--- pria imut itu sebenarnya paling malas membangunkan pria yang sudah berstatus suaminya itu, Off sangat sulit bangun di pagi hari, dan itu sangat membuat Gun jengkel. Gun lebih suka Off bangun sendiri, atau membangunkannya ketimbang harus dirinya yang membangunkan singa tua yang sedang tertidur itu. Tapi sekarang Gun terpaksa melakukannya, karena mereka pagi ini memiliki jadwal untuk syuting perdana series terbaru, yaitu Theory of Love.

OffGun [MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang