Bagian Empat Puluh satu

8.3K 430 57
                                    

Knop pintu kamar terbuka, lalu menampakan pria jangkung bermata sipit sedang berjalan masuk ke dalam kamar, Gun menolehkan wajahnya yang sedang tertunduk karena sedang fokus melipat beberapa pakaiannya, ia tersenyum lembut pada Off si pria sipit itu yang kini sedang menatapnya dengan tatapan dingin.

"Jam berapa kau akan berangkat?" Tanya Off to the point

"Jam sepuluh Papii, p'Beam akan menjemput Gun bersama Olive"

Hari ini Gun dan teman-temannya akan berangkat ke Pattaya, seperti kesepakatan dua hari yang lalu bersama Off, Gun meminta Lucky untuk menjemputnya, karena Off tidak mengizinkan Gun untuk membawa mobil apalagi menyetir sendiri.

Off tidak banyak bicara lagi setelah Gun menjawab pertanyaannya. Off meninggalkan Gun yang telah Kembali melanjutkan kegiatannya memasukan beberapa pakaian ke dalam ransel hitam yang akan ia bawa.

Off membaringkan tubuhnya di atas ranjang berbalut sprai berwarna putih, lalu mengambil handphone miliknya yang berada di meja nakas, kemudian mulai sibuk mengutak-atik benda persegi panjang itu.

Di sebrang ranjang, Gun tetap dengan aktivitasnya, sembari menundukkan wajahnya, Gun sedih melihat Off yang murung seperti itu, kelakuan suaminya tersebut tentu membuat Gun menjadi tidak nyaman. Semenjak Off mengetahui sekaligus mengizinkan Gun untuk berlibur, semenjak itu pula sikapnya menjadi berubah pada Gun, seperti seseorang yang sedang menghindarinya, bahkan sudah dua hari ini Off juga jarang bicara padanya, ia lebih sering diam dan menyendiri ketimbang bercengkrama dengan Gun.

"Papii~"

Gun tidak bisa membiarkan suaminya mengacuhkannya seperti ini terus, Gun tidak akan bisa menikmati liburannya jika Off malah bersikap dingin begini padanya. Gun harus menyelesaikan ketidaknyamanan yang terjadi antara dirinya dan juga Off.

"Papii~ jangan acuhkan Gun begini" rengek Gun saat Off tidak menjawab panggilannya, jangankan menjawab, sekedar menoleh pun Off tidak berminat

Gun memeluk tubuh wangi Off yang baru saja selesai mandi, mencium aroma leher Off yang menjadi favoritnya itu. Gun sangat sedih jika Off sudah mengacuhkannya, rasanya hampa, rasanya benar-benar menyiksa hatinya. Gun ingin melihat senyum Joker suaminya, ia juga ingin dimanja oleh Off, tidak diabaikan seperti ini.

"Papii, jika Papii tidak ingin Gun pergi, Gun akan membatalkannya Papii, dari pada melihat Papii seperti ini pada Gun, lebih baik Gun batalkan saja ya pergi ke Pattaya-nya?" Bujuk Gun

Off menadahkan wajahnya yang sedang tertunduk karena asik menatap layar handphone-nya, ia kemudian beralih menatap mata sendu Gun yang juga sedang menatapnya itu. Wajah Off sangat terlihat dingin, berbanding terbalik dengan hatinya yang justru sedang menahan sakit akibat melihat wajah sedih orang tercintanya tepat di hadapannya.

"Gun tidak suka Papii mengacuhkan Gun seperti ini, rasanya sangat tidak nyaman Papii" ujar Gun sembari mengelus sayang pipi kanan Off

Apalagi sekarang yang Off lakukan pada Wifu-nya ini, kenapa lagi-lagi Gun sedih seperti ini gara-gara dirinya? Apa Off keterlaluan kali ini? Apa Off salah jika dirinya lebih banyak diam untuk menahan emosinya agar tidak meledak? Pertanyaan-pertanyaan itu terus membungkam mulut Off, mematikan lidahnya yang sangat terasa kelu hanya untuk mengeluarkan suara, tapi meskipun begitu kini tangan kanannya sudah merangkul pinggang Gun, membawa tubuh mungil itu untuk ia dekap.

"Gun telepon p'Beam ya, kasihan dia nanti keburu menjemput Gun ke sini" sambung Gun lagi sembari menyalakan layar handphone yang berada di genggamannya

"Hey Bebii, tidak, tidak perlu sayang, pergilah, aku baik-baik saja" cegah Off saat Gun ingin menghubungi Lucky

"Buat apa Gun liburan, jika Papii mengacuhkan Gun begini? Buat apa Papii, Gun hiks... Gun... Tidak mau Papii memusuhi Gun seperti ini hiks... Hiks... Hiks"

OffGun [MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang