Bagian Tiga Puluh Tiga

6.8K 467 47
                                    

"Papii~"

"Papii~"

"Eungh, Papii~"

Gun terus merancau dalam tidurnya tanpa sadar, tubuhnya mengeluarkan keringat begitu banyak, suhu tubuhnya menurun membuat dirinya menggigil karena kedinginan.

"Papii~" panggil Gun dengan mata terpejamnya

Wajah imutnya memucat, bibir ranumnya tidak semerah biasanya, air wajahnya mengerut, menyiratkan kegelisahan yang luar biasa.

"Astaga p'Gun kau demam" pekik Pim yang baru saja memegang kening Gun

Wanita muda itu tidak sengaja mendengar rancauan Gun dari luar kamar saat dirinya melewati kamar kakaknya itu untuk pergi ke lantai bawah. Pim masuk ke dalam kamar Gun, lalu berjalan mendekat ke arah Gun yang sedang terbaring gelisah dalam tidurnya.

"p'Gun~"

"..."

"p~ bangun p~"

Pim menepuk pelan kedua pipi Gun, wanita cantik itu sangat panik bukan main saat mendapati suhu tubuh Gun yang sangat panas.

"Eunghhh" gumam Gun lemah

"p~ kita ke rumah sakit na~" ajak Pim sambil terus menepuk pipi Gun untuk membangunkan kakaknya itu

"Eunghhh Papii~ hiks... Hiks... Hiks"

Pim terdiam, hatinya tiba-tiba bergetar hebat saat mendengar isakkan yang keluar dari kedua bibir pucat Gun, matanya menatap sendu ke arah kakak kesayangannya itu. Pim sangat tidak tega melihat Gun terus murung bahkan sampai sakit begini hanya karena mual yang sedang ia alami. Pim juga tidak menyangka jika kehamilan membutuhkan pengorbanan yang luar bisa seperti apa yang sedang kakaknya alami ini. Pim sangat sedih melihat Gun yang merindukan Off, namun saat ini Gun tidak bisa menghilangkan rasa rindu itu karena keduanya yang tidak bisa berdekata.

Pim mengusap lelehan air mata yang keluar dari mata terpejam Gun, jemarinya mengelus lembut kedua pipi sang kakak yang kulitnya sedang memanas akibat demam.

"p'Gun buka matamu p~ kita ke rumah sakit yuk" ajak Pim dengan suara lembut

Gun tidak bergeming, mata bulatnya masih tertutup sempurna, Gun masih diselimuti oleh alam mimpinya, belum ingin terbangun dari alam mimpinya itu.

Setelah lagi-lagi tidak mendapat respon dari Gun, Pim berinisiatif untuk merawat kakaknya itu sembari menunggunya bangun. Pim membawa tubuhnya pergi meninggalkan kamar untuk pergi mencari termometer dan juga menyiapkan air dingin serta kain untuk mengompres sang kakak.

Setelah semua barang yang Pim butuhkan telah ia siapkan, dirinya langsung pergi kembali ke kamar Gun. Pim mulai memasukan termometer ke dalam lubang telinga Gun untuk mengukur suhu badan kakaknya itu.

"Astaga, 40°" pekik Pim terkejut saat melihat angka yang tertera pada termometer

Pim kemudian langsung memeras kain yang berada di dalam mangkuk berisi air dingin, lalu meletakan kain itu ke atas kening Gun. Wanita muda itu berharap dengan mengompres Gun menggunakan air dingin dapat segera menurunkan suhu panas sang kakak yang sedang meninggi.

Pim mengambil handphone-nya yang ia letakan di meja nakas, kemudian mencari nomer seseorang di handphone-nya, setelah menemukan nomer yang ia cari, Pim langsung menghubunginya.

~Tut... Tut... Tut...~

"..."

~Tut... Tut... Tut...~

OffGun [MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang