Guru itu kemudian pergi berlalu meninggalkan anak anak itu dengan wajah datar tanpa rasa bersalah.
"Bagai mana ini?" tanya anak yang baru saja bertanya pada sang guru.
"Aku ti-tidak tahu, ba-bagai mana kalau guru-guru di sini be-benar-benar menutup mata soal poin poin dan peraturan gila ini." jawab anak lainnya panik.
"Pokoknya yang lebih penting kita tolong dulu dia yang terkapar."
"Be-benar juga kita tidak bisa membiarkannya."
Sementara itu Ruki masih diam tak bergerak dan hanya melihat kejadian di depannya berlalu begitu saja.
"Ru-ruki apa kamu baik-baik saja." tanya Neo yang mencoba menyadarkan Ruki.
Namun tampaknya Ruki terlalu Shock melihat kejadian di depannya.
"Ru-ruki." kata Neo lagi sambil menggenggam pundak Ruki.
"Ga-gawat." kata Ruki pelan yang masih tampak panik.
"Hei Ruki kamu baik-baik saja." Neo terlihat cemas sambil.
mengoyang goyangkan tubuh Ruki yang diam mematung.
"Ma-afkan aku Neo, aku terlalu terkejut." ujar Ruki pelan.
"Iya, tapi kamu tidak apa kan?"
"Yahh, maaf kan aku Neo, aku yang seharusnya melindungimu malah jadi shock seperti ini."
"Tak apa Ruki, kita hadapi ini bersama, sesuai katamu."
"Yahh, aku tahu, tadinya aku punya beberapa rencana terhadap poin ini dengan bekerjasama dengan para guru, namun melihat peristiwa ini tadi, guru guru di sini mungkin mencoba menutup mata akan peraturan gila yang ada di SMA Hoshi. Melihat rencanaku sedikit melenceng membuatku benar-benar shock... Ma-maafkan aku Neo, harusnya aku bisa bertindak lebih tegar." kata Ruki menghela napas mencoba menenangkan dirinya.
"Ya, aku tidak percaya situasinya semakin memburuk sekarang. Jika guru juga tidak ada di pihak kita, maka jika ada kekerasan atau penyiksaan terjadi maka tidak akan ada tempat untuk minta tolong." kata Neo panik.
"Kamu benar Neo, karena itu aku sedikit panik, tapi baiklah... Kita tidak bisa seperti ini terus, pokoknya ayo kita ke kelas dulu.".
"Baiklah, tapi kamu tak apa kan, aku jadi sedikit cemas melihatmu diam mematung.
"Ya, aku tak apa, lalu bagai mana dengan anak yang dipukuli tadi." tanya Ruki sadar saat situasi di sekelilingnya sudah sepi.
"Mereka sudah membawa anak itu."
"Ohh, syukurlah... Sebaiknya kita segera ke kelas sekarang, tinggal 3 menit lagi sebelum jam 9."
Mereka berdua segera menyelusuri jalan di lantai 2 itu dan segera mencari kelas mereka, kelas 1-B.
"Itu kelasnya Ruki." tunjuk Neo.
Mereka berdua membuka pintu dan segera masuk ke dalam kelas.
"Huft." dengus Ruki pelan.
Mereka melihat keadaan kelas yang tenang. Tampak teman-teman sekelas Ruki dan Neo yang sudah di kelas, duduk dengan wajah ketakutan. Tampak raut kecemasan yang mereka pancarkan. Semuanya jelas khawatir ketika akhirnya mereka berada di kelas terbaik yang ternyata tak sesuai harapan.
"Ada kursi yang masih kosong di dekat jendela." tunjuk Ruki.
"Baiklah, kita duduk di sana saja." jawab Neo.
Mereka berdua lalu duduk di pinggir kelas dekat dengan jendela.
Belum sempat mengamati kondisi kelas secara keseluruhan, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar memecah keheningan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah/Neraka
Teen Fictionsekolah apa ini? Bukankah ini sekolah terbaik? Kenapa jadi seperti ini? Ruki benar- benar kaget melihat keadaan sekolah barunya. Sekolah dengan berbagai macam intimidasi dan penyiksaan. Sekolah dimana muridnya memiliki poin yang disematkan. Semakin...