Ujian Lisan

394 25 1
                                    

Mereka tidak menyangka Bu Furukawa akan memberikan tantangan seperti itu.

"A-apa yang harus kulakukan sekarang?" panik Ruki.

"Hmmn.... Bagaimana?, apa kamu akan mengambilnya? Apakah kamu berani mengambil resiko yang dapat membahayakan dirimu sendiri demi sahabatmu?" ulang Bu Furukawa.

"Ingat... jika kamu dengan bodohnya menyanggupi tantangan ini dan berakhir dengan mendapat nilai di bawah 90, maka kamu sendiri yang akan menanggung akibatnya. Tapi kabar baiknya, kalian mungkin bisa tidak naik kelas bersama" Senyum Bu Furukawa.

Ruki yang mendengar itu merasa sangat tertekan.

"Ayo bagaimana? Apa kamu sanggup? Lisan lhooo.... kamu harus ingat itu. Hehehehe..." kekeh Bu Furukawa.

"Aku....." kata Ruki ragu.

"Kalau kamu gagal, dan Neo mengetahui apa yang kamu lakukan, bukannya dia akan tambah sedih?" tanya Bu Furukawa.

"Ehhh..?" kaget Ruki.

"Neo pasti akan merasa bersalah jika kamu sampai gagal mendapat nilai minimal 90. Gara-gara dia pingsan, kamu harus ikut menanggung masalah, apa kamu tidak memikirkan perasaannya?" ulang Bu Furukawa tersenyum.

"A-aku..." gugup Ruki kembali ragu.

"Sudahlah, jangan membuang waktu disini, segera kembali ke tempat dudukmu. Ibu akan segera bagikan soalnya" kata Bu Furukawa.

"Ingat, soal Pre-test kali ini hanya 5 soal dengan waktu 15 menit" jelas Bu Furukawa lagi.

Murid-murid yang lain mulai tampak gusar dengan pernyataan Bu Furukawa.

"A-apa kita bisa lolos di pre-test pertama ini?" panik para murid itu kembali terdengar.

Bu Furukawa kemudian mulai melangkah dan hendak membagikan soal pre-test itu, namun sebuah teriakan terdengar.

"Tunggu dulu!!!!" teriak Ruki lagi.

"Apalagi? Ibu sudah lelah denganmu" kesal Bu Furukawa.

"Saya akan menerima tantangan Ibu...." kata Ruki mantap.

"Ehhh..?" kaget Bu Furukawa dan juga murid-murid kelas 1-B yang lain.

"Apa katamu?" ulang Bu Furukawa.

"Saya akan mengambil tantangan dari Ibu" ungkap Ruki yang kini mantap menentukan pilihaannya.

"Apa kamu sadar apa yang barusan kamu katakan? Apa kamu tidak memikirkan resikonya?" tanya Bu Furukawa.

"Tentu saja saya memikirkan resikonya, karena itu saya mantap mengambilnya" ungkap Ruki tajam.

"Ini adalah pilihan saya sendiri. Saya tahu, tantangan yang Ibu berikan tidaklah mudah. Tapi saya tetap akan mengambilnya" kata Ruki berapi-api.

"Ke-kenapa?" kaget Bu Furukawa.

"Ini adalah kesempatan yang ibu berikan pada saya, saya harus mengambilnya. Mungkin ini adalah kesempatan pertama atau kesempatan terkahir buat saya. Saya tidak tahu apa dengan mengambil ini saya bisa mencapaai nilai 90, tapi saya akan tetap akan mengambilnya. Saya tidak ingin menyesal dikemudian hari. Saya tidak ingin ada penyesalan karena tidak mengambil kesempatan ini. Biarpun ini tidak berhasil nanti..... Saya tidak akan menyesal karena sudah berbuat semaksimal mungkin untuk menolong seorang sahabat. Apapun yang akan terjadi....... saya yakin akan berhasill" teriak Ruki penuh semangat.

"Keras kepala sekali...."

"Baiklah, jika kamu mau menerima tantangan dari Ibu. Ibu sudah memperingatkan segala resikonya. Sisanya terserah padamu..." kata Bu Furukawa.

Sekolah/NerakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang