Misi Baru

488 40 1
                                    

"Ehhhhhh..." kaget Neo terhenyak.

Sementara itu, Ruki juga menunjukkan wajah yang tak kalah terkejutnya.

"Kenapa bisa begini?" tanya Neo heran.

"Aku tidak tahu..., karena peristiwa ini aku jadi hancur..." ungkap Ayane menahan tangis.

"Hei, Ayane kamu tidak apa kan?" kata Neo yang khawatir.

"Aku sudah tidak tahu harus apa Neo..." kata Ayane pasrah.

"Se-sebenarnya, apa bisa kamu ceritakan lebih detail lagi Ayane?" tanya Ruki mencoba membantu.

"Kalau tidak keberatan ceritakan lah pada kami, mungkin ada yang bisa kami bantu." sambung Neo lagi.

"Hufft." Ayane menghembuskan napas.

"Sekolah Menengah Atas Hoshi, aku tahu sekolah ini dari adikku yang masih duduk di bangku SD" kata Ayane pelan memulai ceritanya.

"Saat itu musim dingin di akhir desember di tahun keduaku di SMP. Saat itu asma yang sudahku derita dari kecil sedang kambuh kambuhnya. Aku hanya mendapatkan perawatan kesehatan di rumah sakit kecil di kawasan pedesaan di sekitar rumahku."

"Aku bukanlah anak yang berasal dari kelurga yang mampu. Ibuku bekerja sebagai pelayan di minimarket kecil di desa kami. Sementara ayahku sudah meninggal semenjak adikku lahir. Ibuku harus menghidupi 2 orang putri yang dicintainya. Ibuku berjuang sekuat tenaga agar bisa memberi makan dan menyekolahkan aku serta adikku. Apalagi ibuku harus menanggung beban anak yang sakit sakitan sepertiku." cerita Ayane sedih.

"Aku tidak bisa membantu ibuku bekerja terlalu keras seperti halnya adikku yang membantu berjualan roti di sekolahnya. Tubuhku lemah dan gampang lemas. Tubuhku tidak mampu dipaksa bekerja untuk membantu mencari tambahan uang untuk keluargaku. Oleh karena itu, aku hanya bisa menahan sakit yang kuderita. Aku tidak ingin menyusahkan Ibu dan adikku lebih banyak lagi." sedih Ayane sambil mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes.

"Kak, kakak sakit lagi ya? Tanya adikku saat itu padaku saat melihat aku kejang kejang dan sesak napas. Lalu aku hanya menjawab, i-iya tapi tak usah khawatir, kakak sudah minum obat kok."

"Tapi obat ini tidak terlalu berpengaruh pada kakak, kakak harus berobat di rumah sakit yang lebih besar, rumah sakit yang lebih bagus yang ada di kota."

"Tapi biayanya mahal, sebaiknya kamu tidak usah pikirkan kakak, kakak baik-baik saja, sebaiknya uangnya untuk makan dan sekolah kita."

"Ta-tapi penyakit kakak harus segera disembuhkan, jika tidak... Akan semakin parah..."

"Saat itu aku hanya bisa menahan kepahitan dan kesedihan hidup ini, aku seperti orang yang sangat tak berguna. Membiarkan ibuku dan adikku bekerja keras untuk gadis sakit sakitan seperti diriku." ujar Ayane sambil mengusap air matanya.

"Lalu saat itu adikku memberitahuku kabar yang bagus."

"Kakak lihat ini, ini adalah brosur SMA Hoshi, ini adalah sekolah terbaik di negeri ini, lihatlah kak, fasilitas yang dipunya semuanya bisa didapatkan dengan gratis termasuk kesehatan." kata adikku antusias.

"Saat itu aku melihat ini adalah peluang yang paling masuk akal, saat itu aku yakin inilah jalanku. Aku ingin mendapat perawatan bagus, aku ingin segera sehat, aku ingin membantu ibu dan Adikku yang sudah berjuang dengan maksimal. Ini adalah masa di mana aku hanya harus berjuang masuk ke SMA Hoshi. Sekolah terbaik di seluruh negeri yang memiliki fasilitas nomer satu. Sebuah sekolah yang dibiayai pemerintah untuk anak anak terbaik dan pintar di seluruh negeri. Aku berjuang sekuat tenaga. Belajar sekuat tenaga. Membaca sekuat tenaga. Berlatih sekuat tenaga. Aku bertanya dan bertanya ke semua orang yang mengerti pelajaran bahkan aku sampai memohon pada guruku untuk mengajariku sekuat tenaga agar aku bisa masuk SMA Hoshi. Yahh, semua usahaku itu terbayarakan hingga aku bisa masuk seperti saat ini." cerita Ayane.

Ruki mendengar sedikit kisah Ayane dengan mendalam. Ia jadi teringat anak anak yang ada di sekitar areal pertanian kakeknya. Ia merasakan bahwa Ayane memiliki tekad yang sama dengan mereka. Mereka berjuang sekuat tenaga untuk merubah keadaan menjadi sesuai dengan yang mereka harapkan.

"Ayane tidak sama dengan aku dan ataupun Neo, Ayane bukanlah gadis yang terlahir dari keluarga mampu seperti aku, ataupun anak yang diberi bakat kepintaran sperti Neo. Tapi ia memiliki semangat yang luar biasa untuk masuk sekolah ini demi merubah nasib." pikir Ruki.

Ruki jadi sangat kesal jika membayangkan orang orang yang ingin merubah impian seperti Neo yang ingin mendapat teman atau Ayane yang ingin mendapat fasilitas baik malah harus hancur harapannya di awal gara gara peraturan poin yang bodoh ini.

"Halaman sekolah indah, lapangan olahraga lengkap, keadaan asrama mewah, fasilitas kesehatan yang luar biiasa ataupun semua hal luar bisa yang bisa didapatkan di sini karena ini merupakan SMA terbaik di seluruh negeri. Apalagi semua fasilitas ini dibayar oleh pemerintah. Namun, kamu tidak bisa menggunakannya satu pun jika poinmu rendah." dengus Neo kesal memotong cerita Ayane.

"Jadi, apa yang terjadi dengan UKS nya?" tanya Ruki pada Ayane.

"Jadi sebenarnya di samping asrama Stella terdapat gedung besar yang merupakan rumah sakit asrama. Itu adalah pusat kesehatan untuk semua murid SMA Hoshi yang sakit. Namun aku tidak diijinkan masuk ke sana karena poinku 0" kata Ayane pasrah.

"Hmmmm... Hmm... Ini semakin gawat." kata Ruki serius.

"Tentu saja aku sudah bilang ini akan gawat dari awal." kata Neo panik.

"Fasilitas kesehatan, kamar mandi, atau mungkin bahkan makanan akan sangat kita perlukan, namun kita tidak bisa mendapatkannya bila tidak mempuyai sejumlah poin tertentu."

"Lalu bagai mana kita menjalani hidup di sekolah ini jika tidak memiliki poin? Kita tidak hanya, akan tersiksa karena perilaku anak yang poinnya lebih tinggi daripada kita, tetapi juga kita tidak akan mendapat fasilitas bahkan ketika sakit, ini benar-benar sangat berbahaya." kata Neo lagi.

"Se-sebenarnya peraturannya sama, sepertinya..." kata Ruki lagi.

"Apa maksudmu?"

"Sebenarnya peraturannya tetap sama dan hanya satu, yaitu anak yang memiliki poin tinggi dapat melakukan apa pun pada poin yang lebih rendah darinya. Namun, hal itu akan memberikan efek domino di kehidupan sekolah ini." kata Ruki mengutarakan pikirannya.

"Misalnya saja soal fasilitas kamar mandi atau kesehatan yang ada di sekolah ini. Tentu saja fasilitasnya bagus dan mewah serta memadahi. Apalagi fasilitas kesehatannya aku yakin juga bagus dan bisa memberikan perawatan pada Ayane. Tentu saja fasilitas ini dibuat pemerintah karena sekolah ini adalah sekolah terbaik. Jika tidak ada peraturan poin maka fasilitas ini akan berjalan sebagai mana mestinya, namun ketika ada anak yang memiliki poin maka tempat ini menjadi bertuan." jelas Ruki.

"Sebenarnya apa yang ingin kamu bicarakan Ruki?" tanya Neo bingung.

"Ahhhh, gampangnya... Misal aku memiliki poin 900 dan itu adalah poin yang cukup besar. Kemudian aku ke fasilitas kesehatan itu dan bilang, pokoknya yang boleh menggunakan rumah sakit ini adalah anak yang memiliki poin 500 hahahahaha. Jika tidak ada anak yang poinnya di atas 900 maka dia tidak bisa menentang aturan yang kubuat. Itu artinya jika poinmu tingi kamu bisa membuat aturan sendiri. Ini adalah efek dari aturan poin." jelas Ruki.

"Yahh, sangat masuk akal." kata Neo yang ikut berpikir.

"Kalau begitu kita harus melakukan misi pertama kita." kata Ruki tiba-tiba.

"Mi-misi-misi apa?" tanya Neo kaget.

"Pertama kita harus memastikan berapa poin yang kita butuhkan untuk bisa mendapatkan fasilitas kesehatan."

"Dan yang kedua..., kita harus segera mendapat poin sebanyak banyaknya dalam 10 hari sebelum Ayane kehabisan obat." kata Ruki tajam.

Sekolah/NerakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang