"Bagaimana, Ruki?" kata Yori mengulangi pertanyaannya.
Ruki tampak makin tak tenang mendengar pertanyaan itu lagi.
"Apa yang harus kulakukan. Aku belum menceritakan misiku pada mereka berdua. Tapi jika aku menceritakannya..... mungkin bisa berbahaya buatku. Mereka berdua adalah orang yang cerdas. Jika mereka bisa menjadi temanku hingga nanti, itu pasti akan sangat membantu. Namun, jika ternyata mereka menjadi musuh, mereka berdua akan menjadi musuh yang sangat susah dikalahkan. Mungkin mereka terlihat baik sekarang, namun aku tidak tahu apa tujuan mereka yang sebenarnya. Lihat saja poin Yori yang berjumlah 16 poin, kira-kira darimana itu berasal?" pikir Ruki makin menjadi-jadi.
"Apa berat bagimu untuk menentukan?" tanya Yuki ikut menimpali.
"Eh..." kata Ruki gugup.
"Sudahlah Yuki, jangan memaksa Ruki seperti itu..." kata Yori.
"Tapi kak..... aku cuma bertanya saja..." terang Yuki.
"Iya aku paham, tapi cobalah memikirkan perasaan Ruki."
"Aku paham maksudmu Ruki. Aku tahu kamu orang baik. Tapi melihat keraguan mu barusan, sepertinya kamu kurang setuju dengan ideku" kata Yori.
"Eh.. eh.. bu-bukan begitu... hanya saja..." kata Ruki tak mampu melanjutkan perkataanya.
"A-aku tentu saja tidak ingin menyakiti Lina, tapi...." ungkap Ruki.
"Tapi apa?" tanya Yuki.
"Ta-tapi..... aku kurang setuju dengan kesepakatan tidak boleh menambah poin" jelas Ruki.
"Hmmm... aku paham..., jadi pada dasarnya kamu tetap ingin kita boleh menambah poin, tapi sepakat untuk tidak menggangu Lina, begitu?" tanya Yori.
Mendengar pertanyaan Yori, tiba-tiba terlintas ide dipikiran Ruki.
"Be-benar... ini supaya adil kan?" balas Ruki.
"Apa maksudmu?" tanya Yori kembali.
"Dengan tetap boleh menambah poin, itu artinya kita bertiga tetap bertanding untuk banyak-banyakan poin. Sehingga tidak seperti idemu tadi, ideku lebih menekankan bahawa kita tetap harus bertanding untuk menentukan siapa yang mendapat poin terkecil. Ini menguntungkan karena sesuai dengan peraturan."
"Jika kita pakai idemu, maka kita tidak tahu apakah itu menguntungkan atau tidak. Karena jika kita sama-sama tidak menambah poin, dan ternyata kita bertiga dihukum semua oleh Kak Alice, maka akan menimbulkan penyesalan."
"Mungkin salah satu dari kita akan berpikir, kenapa aku harus mengikuti ide itu kalau ujung-ujungnya tetap dihukum bahkan kita sama sekali tidak mendapat poin."
"Nah.. oleh karena itu, aku mengusulkan agar kita tetap bertanding untuk menambah poin kita. Dengan begitu dihukum atau tidaknya kita nanti, itu tergantung usaha kita sendiri dalam menambah poin sebelum esok pagi."
"Lalu, yang perlu kita buat kesepakatan adalah tidak boleh menyakiti Lina. Dengan begitu kita akan dapat 3 keuntungan."
"Pertama, kita tidak akan menyesal jika dihukum nanti, karena banyak atau sedikitnya poin yang kita dapatkan, akan sesuai dengan usaha yang kita lakukan. Kedua, kita tetap akan mendapat tambahan poin walaupun kalah dalam pertandingan ini. Dan yang terakhir dan yang utama, Lina tidak tersakiti dalam lomba kali ini" ujar Ruki panjang lebar yang kini balik tersenyum.
"Uuuu..Wahhhh... kerennn... kau benar-benar pintar Ruki. Aku setuju, ide Ruki benar-benar bagus kak" kata Yuki yang kini mendukung ide Ruki.
"Hmmm... tapi apa?" tanya Yori.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah/Neraka
Teen Fictionsekolah apa ini? Bukankah ini sekolah terbaik? Kenapa jadi seperti ini? Ruki benar- benar kaget melihat keadaan sekolah barunya. Sekolah dengan berbagai macam intimidasi dan penyiksaan. Sekolah dimana muridnya memiliki poin yang disematkan. Semakin...