Luar Biasa. Itu adalah kata yang mungkin bisa menggambarkan keadaan kelas yang terjadi. Di balik suramnya keadaan sekolah akibat poin poin yang menghadang, kegiatan belajar mengajar masih dijalankan dengan kualitas yang sangat baik.
Bu Furukawa sebagai wali kelas 1-B yang juga merupakan guru matematika, sedang mengajar mengenai eksponen bilangan berpangkat pada para muridnya pagi itu. Cara mengajarnya serta kualitas bahan ajaranya benar-benar luar biasa, menunjukkan kapasitasnya sebagai salah satu guru di SMA terbaik, SMA Hoshi.
Tidak ada yang aneh dengan cara mengajarya. Tidak ada yang aneh dengan materinya. Tidak ada yang aneh dengan standarnya. Semuanya benar-benar menunjukkan kelasnya sebagai SMA terbaik di seluruh negeri. Namun, keadaan murid yang sudah hancur akibat peraturan gila yang sedang berlaku, membuat murid-murid itu tidak biasa menyerap sepenuhnya materi yang disampaikan bu Furukawa.
"Jadi anak anak ini adalah salah satu persaman fungsi eksponen.
jika af(x) = ap maka f(x) = p.
jika af(x) = ag(x) maka f(x) = g(x)" ujar Bu Furukawa menjelaskan di depan kelas.
Anak anak itu hanya terdiam mendengarkan pelajaran kali itu. Pikiran mereka benar-benar terbagi dan tak fokus menghadapi pelajaran kali itu. Mereka merasa bagaikan di suruh belajar di atas rel kereta di mana kereta akan menabrak mereka.
"Hmmm, aku tidak tahu jika kalian hanya diam seperti ini terus. Buktikan jika kalian memang siswa siswi terbaik negeri ini."
Bu Furukawa kemudian menuliskan sesuatu di papan tulis.
"Tentukan nilai x dari persamaan 35x-1 – 27x+3 = 0" tulisnya di papan tulis.
"Jika kalian memang merasa pantas sekolah di sini, sebaiknya salah satu dari kalian segera maju dan jawab soal ini." ujar Bu Furukawa dengan suara tinggi.
Semua murid yang mendengar itu, sedikit panik akan soal yang di berikan Bu Furukawa. Banyak dari mereka yang tidak mendengarkan penjelasan yang disampaikan Bu Furukawa sebelumnya.
"Ayo, salah satu dari kalian harus maju, atau harus ibu sendiri yang tunjuk. Jika kalian memang siswa terbaik, soal seperti ini pastilah sangat mudah."
Murid-murid itu bingung dan berbisik bisik. Ada yang bisa tapi takut maju, ada yang tidak bisa sama sekali, ada yang panik karena tidak mendengarkan penjelasan sebelumnya.
"Benar ini tidak ada yang mau maju, kalau begitu saya tunjuk ya." kata Bu Furukawa.
Murid murid itu terlihat gusar.
"Sa-saya Bu." ucap Neo sambil mengangkat tangan.
"Hmmm, jadi kamu mau maju."
"Iya Bu."
"Baiklah, silahkan."
Neo pun kemudian maju ke depan dan menjawab soal yang diberikan Bu Furukawa.
"Jawab.
35x-1 – 27x+3 = 0
35x-1 = (33)x+3
35x-1 = 33x+9
5x-1 = 3x + 9
2x = 10
x = 5" tulis Neo di papan tulis.
"Yaa, benar Sekali." kata Bu Furukawa.
"Soal mudah dan sangat sederhana seperti ini seharusnya bisa dikerjakan, Ini adalah siswa yang patut di contoh, siapa namamu?" lanjut bu Furukawa.
"Neo, Bu."
"Ya, sebaiknya kalian semua mencontoh apa yang Neo lakukan." ucap.
Bu Furukawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah/Neraka
Ficção Adolescentesekolah apa ini? Bukankah ini sekolah terbaik? Kenapa jadi seperti ini? Ruki benar- benar kaget melihat keadaan sekolah barunya. Sekolah dengan berbagai macam intimidasi dan penyiksaan. Sekolah dimana muridnya memiliki poin yang disematkan. Semakin...