Mendengar sedikit kisah masa lalu Lina membuat Ruki juga teringat akan segelintir kisah hidupnya yang lalu. Seberkas memori lama yang sempat terpikir saat di ruang makan Asrama Stella, kini mulai muncul kembali. Namun Ruki mencoba sesegera mungkin melupakan seberkas ingatan itu, yang baginya hanya berisi kekelaman di masa lalu yang ingin ia buang segera.
"Ada apa Tuan? Apa cerita saya terlalu menyakitkan untuk Tuan dengar?" tanya Lina yang bingung melihat Ruki yang menunduk sambil menutup matanya.
"Hufftt... tidak ada apa-apa Lina, aku hanya terpikirkan sesuatu yang bodoh yang ingin segera aku lupakan. Lagipula ceritamu benar-benar membuatku turut berduka. Aku sungguh prihatin dengan keadaan hidupmu" kata Ruki yang bingung harus bersikap apa.
"Ehh.. tidak apa-apa Tuan. Seperti cerita saya tadi, saya akan tetap bersyukur apapun keadaan yang akan menimpa saya. Saya akan terima semua kekesalan siapapun, kemarahan siapapun, saya akan menerimanya. Saya pantas menerima itu. Semua itu adalah hukuman yang Tuhan berikan kepada saya karena memaksa lahir padahal seharusnya saya mati dalam kandungan Ibu saya" ucap Lina berbinar.
"Anak ini masih saja...." pikir Ruki sedikit kesal walaupun paham dengan apa yang tengah dirasakannya.
"Sudahlah...., tidak usah memikirkan itu dulu, sebaiknya kita tunggu saja Yori dan Yuki yang sedang mencari makanan. Aku harap mereka menemukan sesuatu yang bisa dimakan di hutan ini. Aku sudah sangat lapar. Yang lebih penting, semoga mereka berdua tidak bertemu dengan anggota kelompok lain. Hal itu akan membuat situasi kita menjadi lebih genting. Begitupula dengan kita, sebaiknya kita berdua tidak usah membuat banyak keributan dan menunggu mereka berdua kembali" usul Ruki yang sebenarnya sangat binggung dengan situasi yang mereka hadapi. Saat ini tak ada satupun rencana yang masuk akal yang bisa diterapkan untuk segera lepas dari situasi saat ini.
"Ba-baik Tuan. Tapi saya mohon... jangan beri makan saya..." ulang Lina.
"Kau masih saja.... keras kepala sekali..." kesal Ruki.
"Tidak apa-apa Tuan. Ini semua demi kebaikan Tuan. Tuan-tuan semua harus menambah poin. Ini juga demi kebaikan kita bersama" ulang Lina.
"Sudahlah... jangan bahas itu dulu. Jika bukan karena sistem gila ini, kita ini sebenarnya sama. Baik aku atau kau, kita ini sederajat. Kita ini sama-sama manusia....." jelas Ruki.
"Namun... sekarang semuanya ditentukan oleh poin yang ada pada jam ini!!!!" kesal Ruki sambil menunjuk jam yang ada di lengannya.
Namun tiba-tiba.....
Baik Ruki dan Lina diam terhenyak....
"Tu-tuan.... bu-bukankah..." ucap Lina terputus.
"Ba-bagaimana.... bi-bisa..." balas Ruki yang ikut terbata.
Bagaimana tidak, poin berbeda jelas tampak di jam tangan yang ditunjuk Ruki. Poin yang semula 8, kini tiba-tiba berubah menjadi 15!!!!!
"Kenapa tiba-tiba poinku jadi 15?!" bingung Ruki.
"Oi Lina, poinku tadi masih 8 kan? Bagimana bisa bertambah?" bingung Ruki yang merasa heran dan terkejut.
"Se-seharusnya poin anda masih 8 Tuan...." jawab Lina yang ikut terheran-heran.
"Kenapa bisa bertambah? Apa aku melakukan sesuatu? Poin yang bertambah cukup lumayan, aku mendapatkan tambahan 7 poin. Tapi, darimana itu berasal? Seingatku aku tidak melakukan apa-apa?" bingung Ruki sambil mengingat-ingat kejadian yang baru terjadi.
"Aku mendapat 8 poin karena berhasil menjawab atau mengetahui teka-teki Dewi Fortuna, selain itu seharusnya aku tidak mendapat poin" pikir Ruki.
"Tunggu... saat kak Alice membacakan peraturan tentang Cinderella tadi.... poinku pasti masih 8. Saat itu Kak Alice memuji Yori dan Yuki, itu artinya poinku tidak cukup besar dari mereka berdua sehingga tidak mendapat perhatian lebih dari kak Alice. Setelah itu....."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah/Neraka
Teen Fictionsekolah apa ini? Bukankah ini sekolah terbaik? Kenapa jadi seperti ini? Ruki benar- benar kaget melihat keadaan sekolah barunya. Sekolah dengan berbagai macam intimidasi dan penyiksaan. Sekolah dimana muridnya memiliki poin yang disematkan. Semakin...