"Poin mu, 16!!" ucap Ruki yang terkejut melihat poin yang tampak di jam tangan Yori yang ditunjukkannya.
"Yahh, tapi lumayanlah daripada milik Yuki" ujar Yori datar.
"Memangnya, Yuki juga dapat poin?" tanya Ruki semakin penasaran.
"Ahhh, tentu saja, walaupun tak sebanyak kakak" katanya sambil menunjukkan poinnya yang ternyata sudah berjumlah 9!!!!!
"A-apa, apa yang mereka lakukan? Bahkan poin Yuki saja, lebih besar dariku. Apa mereka juga mendapatkan poin dengan cara kekerasan seperti orang orang. Sepertinya mereka bukan orang baik. Dan lagi, sekarang posisinya sangat tidak menguntungkan. Poin mereka berdua lebih tinggi dari aku dan Neo. Jika mereka bukan orang baik, bisa habis kita sekarang" khawatir Ruki dalam hatinya.
"Kenapa kalian berdua terdiam seperti itu?" Tanya Yuki.
"Tenanglah, kami bukanlah orang yang seperti itu, walaupun poin kami saat ini lebih tinggi dari kalian, kami tidak akan menyakiti kalian" ujar Yori sambil tersenyum.
"La-lalu da-darimana kalian mendapat poin itu?" tanya Ruki sedikit takut.
"Ahhh... kalau itu.... kami tidak bisa menceritakannya sekarang...." jawab Yori lagi.
"Be-benar-benar mencurigakan" kata Ruki dalam hatinya.
"Sudahlah, jangan memikirkan itu dulu, aku yakin poin kalian juga akan bertambah seiring dengan berjalan nya waktu" timpal Yuki.
"Pokoknya, kita harus segera ke lapangan sekarang. Kita tidak boleh terlambat" ajak Yuki lagi.
Mereka berempat kemudian masuk ke dalam lift, untuk turun ke lapangan asrama tempat dimana mereka harus berkumpul. Di dalam Lift, Ruki melihat Neo yang hanya tertunduk terdiam. Tangannya sedikit bergetar sambil sesekali membetulkan kacamatanya yang bahkan tidak melorot. Ruki masih merasa bersalah dengan apa yang terjadi.
"Bagaimana bila hukuman yang akan diterima Neo berat? Ahhh....." pikir Ruki berat.
Beberapa detik kemudian, mereka sudah sampai dan segera keluar dari dalam lift.
Namun sesampainya di lapangan, mereka dikejutkan oleh suasana yang mencekam.
"Hei, kalian, apa yang kalian lakukan? cepat dek!!!" teriak seorang kakak kelas yang menghampiri mereka.
"I-iya kak" jawab Ruki.
"Kalian Klub Apa? Cepat berkumpul bersama Klub kalian!!!" perintah kakak kelas itu.
"Kami Klub Novel dan Sastra" jawab Ruki lagi.
"Dimana ya, Klub Novel dan Sastra, kak?" tanya Yuki menimpali.
Namun, Kakak kelas itu tiba-tiba mengeluarkan cambuk dari sakunya.
"MAU KU CAMBUK DASAR BODOH!!!! PUNYA MATA GAK???!?!? BACA SENDIRI ADA DIMANA KLUB KALIAN!!!" teriaknya keras sekali, sambil menakut-nakuti Yuki dengan cambuknya.
"Ma-mafkan kami kak...... Yuki, teman-teman.... sepertinya di sana Klub kita" tunjuk Yori.
"Nah, ini.... untung temanmu yang satu ini punya mata" kata kakak kelas itu sambil menepuk pundak Yori.
"CEPATTTT!!!!" teriaknya sedetik kemudian.
Mereka berempat kemudian lari tunggang langgang ke arah tempat yang tadi ditunjuk Yori.
"Itu... aku bisa melihat Kak Alice..." kata Ruki.
Dari kejauhan tampak kak Alice memegang papan besar yang bertuliskan "KLUB NOVEL DAN SASTRA."
Namun setelah sampai di barisan Klub Novel dan Sastra, Ruki di kejutkan oleh sesuatu.
"Hmmmm... masih berani juga kau dek..." kata seseoarang yang sepertinya senior Klub pada Ruki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah/Neraka
Novela Juvenilsekolah apa ini? Bukankah ini sekolah terbaik? Kenapa jadi seperti ini? Ruki benar- benar kaget melihat keadaan sekolah barunya. Sekolah dengan berbagai macam intimidasi dan penyiksaan. Sekolah dimana muridnya memiliki poin yang disematkan. Semakin...