Rumah Sakit Asrama

493 34 1
                                    

Neo kemudian bergegas meninggalkan kelas 1-B.

"Sebaiknya kita juga segera pergi Ayane." ajak Ruki.

"Apa kita mau mengunjungi fasilitas kesehatan itu?" tanya Ayane.

"Tentu saja, kita harus memastikan, syarat apa yang dibutuhkan untuk bisa mendapat fasiilitas itu." balas Ruki.

"Hmmmm... Baiklah... Tapi penjaganya sedikit menyeramkan, Ruki." kata Ayane khawatir.

"Tenang saja." kata Ruki mencoba menenangkan.

"Kalau begitu ayo." ajak Ayane keluar dari ruangan kelas.

"Tapi sebelum itu, ada baiknya kita mengecek kamar mandi dulu, aku sedikit penasaran." ujar Ruki.

"Baiklah."

Mereka berdua kemudian keluar dari kelas itu dan mencoba mencari di mana kamar mandi terdekat yang ada di sekitar kelas mereka.

"Di mana ya, kamar mandinya?" bingung Ayane.

Mereka terus berjalan hingga menemukan sesuatu yang tampak seperti kamar mandi.

"Apa ini?" tanya Ayane bingung.

"Se-sepertinya ini kamar mandinya, lihatlah... Ada tanda laki-laki dan perempuan." jawab Ruki.

"Tapi, pintunya saja semegah pintu ruang kelas kita." kata Ayane sedikit kagum.

"Yahhhh... Hmmmm... Mau mencoba membukanya." tanya Ruki menawarkan.

"Duh... Kamu saja Ruki." jawab Ayane takut.

Ruki kemudian melangkah mendekati pintu kamar madi itu dan mencoba membuka pintunya.

"Cklekk."

"Ahhh..." kaget Ayane.

"Terkunci." kata Ruki.

"Yahh.. Kukira itu tadi suara pintu yang terbuka."

Ruki kemudian mencoba membuka pintu kamar mandi perempuan yang ada di sebelahnya, namun sayang, hasilnya tetap terkunci.

"Sepertinya benar bahwa kamar mandi di sini terkunci." kata Ruki.

"Iya, aku jadi sangat kasihan membayangkan bagai mana paniknya teman kita tadi yang harus pipis di celana." kata Ayane perihatin.

"Lalu... Bagai mana caranya supaya kita bisa masuk?" ujar Ruki sambil berpikir.

"Sepertinya pakai poin juga... Sama seperti di rumah sakit asrama."

"Iya, tapi berapa minimal poin yang kita butuhkan untuk bisa menggunakan kamar mandi." kata Ruki sambil memegang erat kedua tangannya.

"Hmmm..." bingung Ayane mencoba berpikir.

"Sepertinya kita tidak bisa mendapatkan petunjuk di sini. Tidak ada apa pun yang tertulis di sini dan pintu benar-benar terkunci." pasrah Ruki.

"Kalau begitu mau menunggu orang yang bisa masuk ke dalam sini?" tanya Ayane.

"Sebaiknya nanti saja, lebih baik kita bergegas menuju rumah sakit/fasilitas kesehatan itu dahulu, aku sangat khawatir dengan kesehatanmu." balas Ruki.

Ayane kemudian hanya mengangguk setuju. Mereka berdua kemudian memutuskan untuk segera berjalan ke kompleks asrama.

"Apa kamu tidak apa apa dengan udara luar seperti ini Ayane?" tanya Ruki saat mereka sudah keluar dari gedung sekolah dan berada di halaman belakang sekolah.

"Tenang saja, aku sudah pakai Syal kok, udara di musim semi seperti saat ini tidak terlalu kencang." jawab Ayane sambil memamerkan syal birunya.

Mereka berdua berjalan sambil melihat halaman belakang sekolah yang sangat indah. Memandangi jalanan yang penuh dengan batu pualam ataupun sekedar memandangi fasilitas olahraga yang tak berhenti mengundang decak kagum. Namun, Ayane memandang Ruki yang di sebelahnya tampak gelisah dari tadi semenjak keluar dari gedung sekolah.

Sekolah/NerakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang