"Ru-Ruki... Apa kamu baik-baik saja?" tanya Ayane yang sangat khawatir.
"Ahhh..." jawab Ruki seadanya karena tubuhnya yang sangat lemas.
"Ruki!!!!" teriak Ayane sambil mencoba mengoyang goyangkan tubuh Ruki.
"A-ayane..." kata Ruki terbata.
"Ba.. Bagai mana Ruki, aku sangat khawatir padamu, apa kamu baik-baik saja, bagai mana ini?" panik Ayane.
Ruki kemudian berusaha bangkit.
"A.. A. Yane yang le.. Bih penting, tolong bantu aku ke tempat sepi, di sini terlalu ramai, jangan sampai perbuatanku barusan diketahui o.. Orang." kata Ruki sambil terbata.
"Ta.. Tapi tubuhmu.." kata Ayane mencoba mencegah.
"Sudahlah.. Ini hanya listrik, tapi sengatannya benar-benar luar biasa. Tidak seperti sengatan yang sebelumnya. Untung aku tidak mati." ujar Ruki.
"Apa kamu pernah tersengat listrik ini sebelumnya?" tanya Ayane yang masih panik.
"I-iya..., sudahlah, ayo bergegas pindah." ajak Ruki mencoba bangkit.
Ayane kemudian segera membantu Ruki dan berjalan pelan menjauh dari tempat itu.
"Arhhhh... Ahhhh... Ahhh..." Ruki menghela napas saat sudah menyandarkan dirinya di dinding sebuah lorong tak jauh dari rumah sakit asrama.
"Bagai mana kondisimu sekarang Ruki.. Jangan memaksakan diri." panik Ayane.
"Hehhehhehe, tenang lah Ayane, aku tidak apa apa, seharusnya aku yang mengkhawatirkan kondisimu." kata Ruki sambil tersenyum.
"Jangan bercanda seperti itu Ruki, aku benar-benar sangat khawatir padamu, aku tidak ingin ada orang yang terluka dan mengorbankan dirinya untuk menolongku Ruki, aku tidak mau membuat orang lain menderita karena diriku, aku sudah terlalu banyak menyusahkan orang lain..." kata Ayane mengutarakan isi hatinya.
"Tenanglah Ayane, aku benar-benar tidak apa apa, setelah beristirahat sebentar, tenagaku pasti akan pulih, dan satu lagi..." kata Ruki menghentikan perkataanya.
"Ada apa? Tanya Ayane.
"Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri Ayane, kamu tidak perlu merasa bersalah saat orang lain yang membantumu terluka, justru seharusnya kamu merasa senang mengetahui masih ada orang yang mau berkurban untukmu." kata Ruki pelan.
Ayane hanya diam saja mendengar hal itu.
Mendengar kisahmu yang kamu sampaikan tadi, seharusnya kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Ibumu serta adikmu mau berjuang sekuat tenaga demi dirimu, itu karena mereka benar-benar tulus menyayangimu. Mereka tidak akan berusaha dan berjuang sekuat tenaga jika mereka membencimu. Untuk itu berhenti menyalahkan dirimu, tetap bersyukur apa pun yang menimpamu dan yang pasti... Tetap berjuang untuk membalas jasa mereka." jelas Ruki sambil kembali tersenyum.
Ayane yang mendengar itu, mencoba sedikit mengerti.
"Haahh... Baiklah." kata Ayane sambil menghela napas.
Sementara itu di tempat lain, Neo sedang berada di halaman sekolah sambil merenung mengenai cara yang sebaiknya ia tempuh untuk bisa mendapatkan informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh anggota baru Klub Novel dan Sastra pada acara ORGAKU besok.
"Apa yang harus kulakukan?" bingung Neo sambil duduk di sudut taman halaman depan sekolah sambil mengunyah permen lolipop yang di beli dari kakak kelas sebelumnya.
"Aku harus melakukan sesuatu." pikirnya lagi.
"Mungkin sebaiknya aku melihat situasi di stand Klub Novel dan Sastra, namun sedikit berbahaya bila bertemu kak Danish." pikir Neo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah/Neraka
Teen Fictionsekolah apa ini? Bukankah ini sekolah terbaik? Kenapa jadi seperti ini? Ruki benar- benar kaget melihat keadaan sekolah barunya. Sekolah dengan berbagai macam intimidasi dan penyiksaan. Sekolah dimana muridnya memiliki poin yang disematkan. Semakin...