Semua orang yang berada di sekitar stand club Novel dan Sastra benar-benar kaget luar biasa. Mereka semua diam tak berkutik. Suasana kemudian menjadi hening seolah suara mereka tercekat.
Danish memundurkan sedikit langkahnya dari hadapan Ruki.
Sementara Ruki masih menatap Danish dengan pandangan datar tanpa rasa bersalah.
Pandangan mata orang-orang di situ benar-benar terfokuskan pada Ruki dan Danish. Mereka benar-benar tidak percaya kalimat itu terucap dari murid kelas 1. Pikiran mereka seolah tidak bisa menampung peristiwa yang baru saja terjadi
"Ba-bagai mana mungkin anak itu berani mengucapkan kalimat sindiran seperti itu pada kakak kelasnya, pada senior di clubnya dan pada anak yang jelas lebih tinggi poinnya darinya." pikir murid baru yang ada di situ.
"A-anak ini pasti akan habis oleh Danish." pikir salah satu senior di club Novel dan Sastra.
"Ohhh, jadi Ruki namamu ya." kata Danish memecah keheningan.
"Yahh." kata Ruki singkat.
"Apa kamu sadar, apa yang barusan kamu katakan?!!" kata Danish setengah berteriak.
"Yahh." jawab Ruki pendek.
Danish terlihat sangat kesal dengan sikap yang Ruki tunjukkan.
"Jadi game boy ini yang kamu permasalahkan?" tanyanya sambil mengeluarkan game boy yang ternyata tersimpan di saku celananya.
"Game boyku." pikir Neo terkejut melihat game boynya.
"Yahh." jawab Ruki masih dengan entengnya.
"Kau benar-benar membuatku kesal, apa yang kau mau dengan benda ini?"
"Tentu saja aku ingin merebutnya kembali, game boy ini milik temanku bukan milikmu." kata Ruki lantang.
"Dasar, tidak tahu diri!!" teriak Danish.
Namun tiba- tiba suara Alice memotong aura panas di antara mereka berdua.
"Ayo, kepada para murid baru, silahkan untuk bergabung dengan Club Novel dan Sastra, atau mau lihat lihat dulu, ayo-ayo silahkan mampir ke stand kami!!" teriaknya dengan nada ceria.
Mata Alice seolah mengisyaratkan Danish untuk mencegah amarahnya.
Sementara Neo yang melihat ketegangan sedang terbelah, segera bangkit dan menarik tangan Ruki.
"Ayo, Ruki kita segera pergi dari sini, kita sudah mendaftar." katanya cepat sambil menarik tangan Ruki menjauh dari Stand Club Novel dan Sastra.
Neo menarik Ruki dan duduk di kursi agak jauh dari stand tadi.
"Ahhh... Ahhh.. Kamu benar-benar bodoh Ruki." kata Neo sambil tersengal akibat kehabisan napas.
"Kenapa kamu membawaku lari ke sini?" tanya Ruki.
"Kenapa? Katamu?!" teriak Neo marah.
"Apa kamu pura pura bodoh, atau memang bodoh Ruki, menantang senior kita di club seperti itu?"
"Itu kulakukan untuk memastikan 2 hal." balas Ruki.
"Memastikan? apa yang ingin kamu pastikan." kata Neo yang masih marah.
"Pertama, seperti yang semua orang lihat, aku mengajak mereka salaman untuk melihat poin yang ada di jam tangan mereka karena sebelumnya jam itu tertutup oleh lengan baju yang panjang."
"Mengetahui poin mereka sangat penting Neo, mengingat kemungkinan mereka adalah pemimpin club Novel dan sastra. Paling tidak kita bisa tahu berapa poin mereka. Tadinya aku berpikir poin mereka berada di kisaran 200-300 tapi ternyata jauh lebih besar dari itu." jelas Ruki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah/Neraka
Fiksi Remajasekolah apa ini? Bukankah ini sekolah terbaik? Kenapa jadi seperti ini? Ruki benar- benar kaget melihat keadaan sekolah barunya. Sekolah dengan berbagai macam intimidasi dan penyiksaan. Sekolah dimana muridnya memiliki poin yang disematkan. Semakin...