"Jadi bagaimana, kamu mau membantuku?" tanya Hiroshi lagi.
"Membatu apa?"
"Membantu menghitung berapa lama perjalanan, saat roda bis ini mulai berjalan, seperti kataku tadi" jawab Hiroshi.
"Haahh..? kamu masih mau melakukannya, kan sudah aku bilang percuma" balas Ruki.
"Aku tidak peduli, ini prinsipku" tegasnya.
"Hadehh... bagaimana mungkin masih ada orang bodoh di sekolah ini" gumam Ruki dalam hatinya.
"Kalau begitu, sebaiknya kau diam saat nanti bis ini mulai berjalan. Jangan menggagu hitunganku" kata Hiroshi.
"Yahhh... lakukan saja apa yang kau mau, aku tidak akan mengganggu. Aku sendiri sudah pusing dengan masalah yang sedang terjadi saat ini" balas Ruki.
"Hahahahah.... lemah sekali kau.... baru seperti ini sudah mengeluh....." kata Hiroshi dengan nada sedikit mengejek.
"Hahhh... diamlah... kau tak tau apa-apa, jangan menambah runyam pikiranku" seru Ruki.
"Terserah kau saja, aku juga tidak berniat berbicara dengan orang lemah sepertimu" balas Hiroshi.
"Iya.. terus lah menyalak, misiku lebih penting daripada sekedar berdebat dengan mu. Nyawa temanku yang dipertaruhkan disini" ucap Ruki.
"A-apa maksudmu?" tanya Hiroshi sedikit tertarik.
"Sudah ku bilang, tidak ada gunanya aku menceritakannya padamu" kata Ruki.
"Ta-tapi benarkah ada nyawa yang terancam?" tanya Hiroshi mulai memelankan suaranya.
"A-apa orang ini bisa dipercaya. Dia saja, di hari pertamanya sudah di skors. Belum lagi perangainya yang mudah marah dan tidak bisa mengontrol emosi. Aku belum menceritakan kepada siapapaun soal misiku tentang Ayane. Bahkan aku belum menceritakan pada duo kembar itu. Apakah tidak apa-apa jika aku menceritakan pada orang ini" pikir Ruki dalam hati.
"Kenapa? Kau ragu? Aku ini bukanlah orang jahat. Yahhh... tapi memang sulit mempercayai orang sepertiku. Apalagi setelah kelakuan ku terhadap Bu Furukawa kemarin. Kau memang berhak meragukan ku" kata Hiroshi.
"Ba-bagaimana ini? apa mungkin aku ceritakan saja? Mungkin saja keberanian anak ini bisa membantu ku kelak" pikir Ruki.
"E-eh.. eh.. baiklah, akan kuceritakan singkat padamu" kata Ruki.
Ruki kemudian menceritakan pada Hiroshi mengenai misinya. Tentang asma Ayane, tentang Neo, tentang batasan waktu, maupun segala hal yang berkaitan dengan hal itu.
"Ahhh... benarkah? Aku tidak mengecek terlalu jauh tentang tempat ini. Jika ceritamu barusan benar....... aku sungguh sangat prihatin. Aku berdoa semoga kamu berhasil menambah poin dan menyelamatkan temanmu" kata Hiroshi.
"Eh... apa maksudmu? Jadi.... setelah aku menceritakan panjang lebar.... kamu tidak mau membantu? tanya Ruki.
"Tidak... maafkan aku..." balas Hiroshi singkat.
Ruki yang mendengar hal itu, menjadi marah.
"Apa-apaan sikapmu itu? Berlaga peduli, tak taunya hanya berkata tidak" marah Ruki.
"Lagipula, memangnya aku dari awal bilang ingin membantu? kau saja yang terlalu berharap."
Ruki yang sudah sangat kesal segera menyudahi percakapan ini.
"Terserah kau saja!! Jangan mengaku orang baik, jika membantu saja tidak mau" kesal Ruki
"Iya,iya, iya terserahlah..... kalau bukan orang baik, mungkin kamu sudah tersengat listrik sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah/Neraka
Novela Juvenilsekolah apa ini? Bukankah ini sekolah terbaik? Kenapa jadi seperti ini? Ruki benar- benar kaget melihat keadaan sekolah barunya. Sekolah dengan berbagai macam intimidasi dan penyiksaan. Sekolah dimana muridnya memiliki poin yang disematkan. Semakin...