"Sekarang bagaimana?" tanya Neo setelah menghabiskan takoyaki panas dan soda dingin miliknya."Bagai mana kalau kita berkeliling dahulu Neo." ajak Ruki.
"Entahlah Ruki, aku sudah tidak mempunyai minat untuk itu."
"Kita bisa bemain permainan tradisional di sini, mau menangkap ikan mas atau permainan melempar bola, atau mau membeli permen kapas." kata Ruki menawarkan.
"Aku tidak mau Ruki." jawab Neo pedek.
"Kalau begitu bagai mana kalau kita melihat stand club lain saja." kata Ruki lagi.
Namun Neo kembali menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak setuju. Ruki menyadari bahwa Neo masih marah dan dengan sikap yang ia berikan padanya. Ia jadi merasa bersalah. Ruki pun kemudian duduk di samping Neo."Neo, maafkan aku." kata Ruki pelan.
Neo hanya diam saja dan mengusap usap kepalanya.
"Aku tahu mungkin sikapku tadi sedikit berlebihan dan membuatmu kaget atau mungkin sangat ketakutan, jadi maafkan aku."
"Jika kamu menganggap aku bersalah tolong maafkan aku, tapi jangan bersikap pasrah seperti ini terus Neo." kata Ruki mencoba merubah suasana.
"Aku tahu mungkin caraku sedikit berlebihan dan beresiko, namun tetap percaya padaku Neo, aku yakin dengan bantuanmu, kita berdua akan bisa melewati ini. Jadi ayolah semangat lagi, beberapa menit yang lalu kamu bilang akan semangat apapaun resikonya demi mengambil barang berhargamu yang diambil." kata Ruki.
"Neo, tetaplah percaya dan semangat, jika kita sudah pasrah di hari pertama kita sekolah, maka kehidupan 3 tahun kita akan terasa berat. Oleh karena itu tetap jagalah api semangat yang ada, sebesar apa pun resikonya." kata Ruki mencoba memberi semangat.
Neo menatap Ruki Sejenak.
"Ayolah jangan kusam seperti itu, kita tentunya tidak ingin menjadi tahanan yang di tembak mati kan." canda Ruki.
Neo kemudian sedikit tersenyum.
"Yahh, mungkin kamu ada benarnya Ruki, lagipula ini adalah ujian bagiku apakah aku bisa benar-benar mewujudkan tekad yang kukatakan." kata Neo mencoba semangat.
"Yaa, tetap semangat, jalani dan pikirkan belakangan saja resikonya, yang penting terus berjuang." mantap Ruki lagi.
"Baiklah." kata Neo yang mulai semangat.
"Jadi mau kemana kita sekarang." tanya Ruki.
"Ke kelas dahulu saja Ruki, atmosfir di sini tidak terlalu sehat buatku." balas Neo.
"Ok."
Mereka berdua akhirnya meninggalkan halaman sekolah dengan status resmi sebagai anggota club Novel dan Sastra. Satu perseteruan pertama terjadi di mana Ruki menyindir kakak kelas pengambil game boy Neo dengan poin 543 yang ternyata satu club dengan mereka. Halaman sekolah itu masih meninggalkan keceriaan semu di balik cekaman dan intimidasi yang akan datang di kemudian hari. Apakah kiranya yang mungkin bisa terjadi selanjutnya di tempat ini?
"Apa yang mau kita lakukan di kelas." tanya Ruki setelah mereka berjalan mendekati kelas.
"Mungkin kita bisa mempelajari lebih dalam mengenai buku peraturannya." usul Neo.
Mereka berdua masuk ke dalam kelas. Namun kondisi kelas hanya terisi bebarapa siswa saja.
"Masih sepi di sini, mungkin mereka masih asik di halaman." ujar Neo.
"Sepertinya begitu." balas Ruki.
Ruki dan Neo lalu duduk di kursi mereka masing masing, namun tiba-tiba seorang gadis menghampiri Ruki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah/Neraka
Teen Fictionsekolah apa ini? Bukankah ini sekolah terbaik? Kenapa jadi seperti ini? Ruki benar- benar kaget melihat keadaan sekolah barunya. Sekolah dengan berbagai macam intimidasi dan penyiksaan. Sekolah dimana muridnya memiliki poin yang disematkan. Semakin...